Senin, 15 Desember 2008

Merawat Kebinekaan Kita


Perspektif Online
15 November 2008

Oleh: Didiet Adiputro

Kebinekaan dan Keberagaman yang dimiliki bangsa Indonesia rupanya masih banyak dipandang sebagian pihak sebagai sesuatu kelemahan kita. Padahal jika ingin dilihat lebih bijak, justru kebinekaan adalah sumber kekuatan utama bangsa kita, yang karena berbeda-beda itulah maka Indonesia dapat bertahan sebagai bangsa yang besar hingga saat ini. Sehingga toleransi antar umat beragama harus terus dijaga untuk merawat kebinekaan kita.

Pada hari ulang tahun ke tiga acara Kongkow Bareng GusDur yang diadakan di Kedai Tempo, Utan Kayu inilah perbincangan tentang pluralisme di Indonesia dengan tema ”Merawat Kebinekaan Kita” berlangsung. Beberapa tokoh yang secara garis besar mendukung gagasan Gus Dur tentang pluralisme dan tentunya anti UU Pornografi hadir juga dalam diskusi ini. Diantaranya adalah dua orang mantan Juru bicara Gus Dur Wimar Witoelar dan Adhie Masardi, Gus Nuril Arifin, Bondan Guawan, Ayu Utami, Goenawan Muhamad dan Romo Mudji Sutrisno.

00kongkow.jpg

sebagian pembicara

Ketika bicara pluralisme maka salah satu pendekar yang selalu kita ingat dalam memperjuangkan ide tersebut adalah Gus Dur, karena beliaulah yang mampu merawat dan menghimpun Indonesia dalam kebinekaan, begitulah menurut Romo Mudji. Bahkan Ayu Utami menganggap Gus Dur adalah sosok yang mampu mengumpulkan banyak titik simpul yang berbeda menjadi satu.

WW juga sedikit bercerita tentang pengalamannya bersama Gus Dur dalam suatu perbincangan. WW bertanya pada Gus Dur,
WW: ”saya ini Islam apa ngga Gus?
GD: ”Menurut mas Wimar?”
WW: ”Ya Islam”
GD: ”Ya sudah..”
Dari situlah WW merasa bahwa Gus Dur sangat terbuka, dan karena itu pula berhasil meyakinkan bahwa pluralisme itu hidup. Dengan begitu ada gunanya juga seseorang masuk ke dalam politik untuk menghindari penyelewengan negara terhadap pluralisme.

Sensitivitas kebanyakan orang Indonesia yang mudah marah tapi bukan pada tempatnya disinggung oleh Gus Nuril Arifin. ”Saya bingung sama orang Indonesia, kalau ada orang masuk masjid pakai sendal mereka marah, tapi kalau masjid dan pesantren mereka ditimbun oleh Lumpur panas mereka malah nggak marah”, singgung Gus Nuril.

UU Pornografi yang masih kontrovesialpun tak luput jadi bahan perbincangan di diskusi yang dipandu aktivis AKKBB Guntur Romli ini. Bagi WW, undang-undang ini memiliki banyak kelemahan diantaranya menjadikan perempuan sebagai objek yang paling dirugikan dan mulai ikut campurnya negara dalam urusan moral yang privat. Multitafsirnya undang-undang yang ditolak oleh beberapa provinsi ini juga diungkapkan oleh Gus Dur. Karena beberapa dokumen Al Quran tentang menyusuipun bisa dianggap cabul. ”Mana mungkin menyusui tanpa nyopot kutang”.

Jadi pertahankan dan rawat kebinekaan kita sebagai bentuk kecintaan kita terhadap bangsa.