Minggu, 07 Desember 2008

Bukti Gus Dur dan walisongo keturunan tionghoa


Kawan2 inilah bukti sejarah penyebaran islam di indonesia di lakukan oleh keturnan tionghoa bahwa walisongo dan Abdurahman Wahid merupakan keturunan tionghoa.Ini Artikelnya:
Riau Pos - Pekanbaru, Presiden RI-4 KH Abdurrahman
Wahid (Gus Dur) — yg juga Ketua Umum Pengurus
Nahdlatul Ulama (PB NU) — ternyata keturunan Tionghoa.
Ini bukan sekedar isu, tapi langsung dinyatakan oleh
Katib Syuriah PB NU, Dr.Said Aqil Siradj MA di gedung
Graha Patria, Kodya Blitar pada tanggal 12/11/1998 yg
lalu.

Dikisahkan oleh Said Aqil, dalam silsilah pengembangan
Islam di Asia dan Indonesia ada pihak-pihak yang perlu
diperhatikan yakni Achmad bin Isa, bin Ali Uraidi bin
Ja’far Sadiq bin Muhammad Bakir bin Ali bin Abidin,
bin Husain bin Ali bin Fatimah binti Rasullullah.
"Achmad bin Isa pindah ke negeri Campa dan kawin
dengan wanita Tionghoa dan mempunyai anak Abdul Qodir
(Tan Kim Han). Dia ini gugur melawan Mojopahit dan
dimakamkan di Desa Tuloyo, Mojokerto".

Tan Kim Han, lanjut Said, menurunkan anak bernama
Raden Rachmad Sunan Ampel (1) dan menurunkan KH Hasim
Asy’ari (2), selanjutnya menurunkan KH Wahid Hasyim
(3) dan punya anak bernama KH Abdurrahman Wahid (4)
atau Gus Dur.

"Jadi, Gus Dur itu Tionghoa, maka matanya sipit",
ungkapnya tersenyum. "Dengan demikian, sekarang tak
ada istilah pri dan nonpri serta muslim dan
nonmuslim".

Dan sekarang Gus Dur pun sudah menjadi Presiden RI
periode 1999-2004. Bahkan Negeri pertama yang akan
dikunjungi oleh Gus Dur adalah Negeri Leluhurnya yaitu
negeri Tiongkok, dan kabarnya beliau juga akan
berkunjung ke sebuah desa kecil di sebelah selatan
kota Beijing dimana merupakan kampung halaman
leluhurnya.

Ini bukti Kedua bahwa walisongo dan Gusdur keturunan tionghoa:
Abdurrahman Wahid lahir pada hari ke-4 dan bulan ke-8 kalender Islam tahun 1940 di Denanyar Jombang, Jawa Timur dari pasangan Wahid Hasyim dan Solichah. Terdapat kepercayaan bahwa ia lahir tanggal 4 Agustus, namun kalender yang digunakan untuk menandai hari kelahirannya adalah kalender Islam yang berarti ia lahir pada 4 Sya'ban, sama dengan 7 September 1940.

Ia lahir dengan nama Abdurrahman Addakhil. "Addakhil" berarti "Sang Penakluk".[1] Kata "Addakhil" tidak cukup dikenal dan diganti nama "Wahid", dan kemudian lebih dikenal dengan panggilan Gus Dur. "Gus" adalah panggilan kehormatan khas pesantren kepada seorang anak kiai yang berati "abang" atau "mas".[1]

Gus Dur adalah putra pertama dari enam bersaudara. Wahid lahir dalam keluarga yang sangat terhormat dalam komunitas Muslim Jawa Timur. Kakek dari ayahnya adalah Hasyim Asyari, pendiri Nahdlatul Ulama (NU), sementara kakek dari pihak ibu, Bisri Syansuri, adalah pengajar Muslim pertama yang mengajarkan kelas pada wanita[2]. Ayah Gus Dur, Wahid Hasyim, terlibat dalam Gerakan Nasionalis dan menjadi menteri Agama tahun 1949. Ibunya, Ny. Hj. Sholehah, adalah putri pendiri Pondok Pesantren Denanyar Jombang.

Gus Dur secara terbuka pernah menyatakan bahwa ia memiliki darah Tionghoa. Abdurrahman Wahid mengaku bahwa ia adalah keturunan dari Tan Kim Han yang menikah dengan Tan A Lok, saudara kandung Raden Patah (Tan Eng Hwa), pendiri Kesultanan Demak.[3][4] Tan A Lok dan Tan Eng Hwa ini merupakan anak dari Putri Campa, puteri Tiongkok yang merupakan selir Raden Brawijaya V.[4] Tan Kim Han sendiri kemudian berdasarkan penelitian seorang peneliti Perancis, Louis-Charles Damais diidentifikasikan sebagai Syekh Abdul Qodir Al-Shini yang diketemukan makamnya di Trowulan.[4]