Sabtu, 20 Desember 2008

Gus Dur Golput, kok pada Sewot?

Beberapa waktu lalu Gus Dur menyerukan golput. Gelombang penolakan semakin-hari kok dirasa semakin besar saja, seakan semuanya kebakaran jenggot akibat api kecil yang dilempar Gus Dur. Kenapa sih Gus Dur golput saja kok pada sewot?

Atau mungkin pada terusik kali ya… Mereka khawatir dengan tingkah Gus Dur yang melempar batu kecil saja, ombaknya begitu merembet kemana-mana. Semua kena, dan mengenai mereka. Semua angkat bicara dan merasa perlu bicara. Ini sebuah efek berlipat.

Pertama kali, dari internal PKB sendiri yang sedikit terusik, bahkan kemudian jadi berisik, kenapa Gus Dur menyerukan golput?

Awalnya, komentar mereka agak datar saja.

“saya kira itu bukan suara murni Gu Dur”, katanya.

Lama-lama, semakin berisik. Bahkan yang berisik belakangan adalah para kiyai yang menggelar bahsul masail ulama Se-Jawa timur (pada minggu 30/11). Para kiyai yang sudah sepuh-sepuh ini nyatanya juga mau diajak ‘berisik-berisik berhadiah’ oleh Muhaimin dkk. Wah, pak kiyai ini sudah mau jadi bemper untuk menandingi seruan Gus Dur rupanya.

Dari 48 kiai dan ulama yang hadir memutuskan fatwa hukum atas sejumlah masalah yang terjadi di masyarakat akhir-akhir ini dan mengeluarkan pengumuman yang tidak biasa, yaitu golongan putih (golput) dinyatakan sebagai praktik haram. (baca)

“eh, jangan itu haram hukumnya”, fatwa para kiyai itu.

“Jangan dengarkan seruan Gus Dur, itu bukan murni seruan Gus Dur kok”, sambung si kiyai lagi.

Disahut lagi.

“Pemilu adalah satu proses untuk menegakkan kekuasaan negara. Nah dalam konteks ini menjadi wajib hukumnya bagi warga negara untuk terlibat di dalamnya”, balas tokoh ormas yang juga kiyai lagi.

Seperti dikutip di www.nu.or.id, saya kutip:

Para kiai Nahdlatul Ulama (NU)-Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) menyerukan warga NU agar menggunakan hak pilihnya alias tidak golput pada Pemilihan Umum (Pemilu) 2009. Mereka juga meminta agar warga NU tidak terpengaruh dengan partai-partai Islam baru yang bermunculan saat ini.

Seruan itu merupakan salah satu dari lima butir rekomendasi ulama dalam Silaturahmi Nasional Ulama NU-PKB di Hotel Quality Jl Solo Yogyakarta, Minggu (14/12/2008). Rekomendasi itu dibacakan KH Abdul Aziz Affandi dari Manonjaya, Tasikmalaya, Jawa Barat.

Saat membacakan rekomendasi itu, dia didampingi KH Dimyati Rais (Kendal, Jateng), KH Mahfud Ridwan (Salatiga, Jateng), KH Amin Abdul Hamid (Magelang, Jateng) KH Mufid Abdullah (Cirebon, Jabar), KH Najib Abdul Qadir (Krapyak, Yogyakarta) KH Ali Maschan Moesa (Surabaya, Jatim), KH Luqmanul Hakim at-Tarmisyi dan Ketua Umum DPP PKB Muhaimin Iskandar.

“Menggunakan hak pilih adalah cermin dari sikap positif ikut berpartisipasi memperbaiki kondisi masyarakat,” katanya.

Aziz juga menyerukan agar warga NU tidak terpengaruh atau memilih partai-partai baru yang cenderung dekat pada kemubaziran politik. Pemilu 2009 hendaknya digunakan sebagai momentum untuk menyederhanakan partai melalui seleksi alam oleh rakyat dan memilih kepemimpinan nasional.

Ketua Umum Dewan Tanfidz DPP PKB Muhaimin Iskandar mengingatkan para kiai NU-PKB untuk semakin gencar memberitahukan kepada warga NU mengenai kemubaziran bila memilih partai-partai baru. Sebaiknya, suaranya disumbangkan kepada PKB.

Wah semua kiyai ya… kok mau-maunya turunkan sarung dan peci, pake celana jins, ikuti ‘penyuruh berisik berhadiah’ itu untuk menyerukan fatwa haram golput? Sangat menyedihkan memang. Gus Dur berbicara ‘A’… sudah dikeroyok yang lain, dengan ‘B’,’C’, ‘D’, dst.

Belum lagi jika kita dengarkan suara berisik yang lain lagi. Yaa, mungkin setengah kiyai, atau ia tak mau (bukan) disebut kiyai, seperti Amin Rais, Din Syamsuddin, dan Hidayat Nurwahid. Wah, wah, wah,,,, Ini dia..

Pak Ketua MPR juga ikut-ikutan yaa… sudah mulai gatel juga ya pak, terusik oleh suara Gus Dur serukan golput?

Din Syamsuddin juga ya. Eh, Pak Amin Rais Juga ikut to?

Tidak ketinggalan, lembaga produksi fatwa di negeri kita juga ikut-ikutan basah, MUI. Tengah bersiap-siap mengeluarkan fatwa haram golput kayanya nih. Tapi tunggu aja deh, mungkin masih di timang-timang maslahat-mudharatnya, untung ruginya, dan cucok harganya, eh…yang terakhir just kidding.

Wah semakin berisik, dan berisik. Entah deh, berisik berhadiah, atau berisik kepentingan. Semuanya hanya Allah dan mereka yang tahu. Eit, tapi kita juga bisa menduganya kok.

Dari keterusikan mereka, akhirnya jadi kelihatan peta siapa saja yang berkepentingan atas seruan Gus Dur. Atau berkepentingan dengan partainya, serta missinya di 2009 nanti.

Tafsir saya, kalau memang fenomena golput telah masuk ke aras keagamaan dengan keluarnya fatwa para ulama, jelas ini sudah mengkomersilkan agama. Agama dijual demi kepentingan politik tertentu dan golongan beberapa pihak. Lha wong fatwa yang menghukumi wilayah amaliah keagamaan saja masih bisa ditentang, karena itu semua pendapat para ulama dan para ulama tak semua sependapat, apalagi urusan politik kewarganegaraan atau urusan memilih.

Dan kalau para ulama ini ngotot mengeluarkan fatwa, bagi saya, sama sekali tak wajib untuk dilaksanakan. Sama saja mereka sudah main politik bunyi-bunyian demi memberi berat pada bandul tokoh tertentu.

Dan terakhir, melihat fenomena golput yang akhir-akhir ini marak diperbincangkan dan bermula dari lemparan Gus Dur, saya kira menyiratkan pesan betapa Gus Dur sudah menciptakan pemetaan yang luar biasa cerdas dengan sebuah komentar sederhana, Golput. Semua terpetakan, kepentingan siapa dan apa, orang siapa dan mau apa, serta yang lainnya.

Gus, jurus apalagi yang akan kau keluarkan yang bikin banyak orang sewot? Kita tunggu saja.