Minggu, 22 Maret 2009

Akhirnya Tim A Gatara Sawunggaling kalah....

Hari ini Minggu tanggal 23 Maret 2009 pukul 16.30 wib kami Tim Futsal Gatara Sawunggaling (Tim-A) akan melakukan pertandingan dalam Turnamen Futsal Armuji Cup. Dan kebetulan kita akan berhadapan dengan Tim Hijau Daun yang kebetulan Tim ini merupakan Tim Futsal di kampung Bpk. Armuji sendiri. Jadi pemainnya mayoritas satu kampung dengan Bpk. Armuji walaupun ada beberapa pemain dari wilayah lain.
Pertandngan berlangsung cukup seru. Masing-masing tim menunjukkan kualitas yang sama-sama bagus. Tapi Tim Hijau Daun lebih baik dibandingkan Tim Gatara Sawunggaling. Score pertandingan 2-1 untuk Tim Hijau Daun.
Kekalahan ini membuat kami Tim Futsal Gatara Sawunggaling dapat mengambil hikmahnya. bahwa kami perlu banyak latihan. Selamat tinggal Turnamen Futsal Armuji Cup. Terima kasih Bpk. Ir.Armuji....

Gus Dur Centre Wonokromo

Atas upaya H. Farid selaku Ketua Tanfidz PAC PKB Pro Gus Dur Wonokromo untuk melakukan pendekatan persuasif dengan Bpk. H. Ali Burhan selaku Ketua DPC PKB Pro Gus Dur Kota Surabaya akhirnya kita dapat menggunakan sebagian tempat di Sekretariat DPC PKB Pro Gus Dur di Jl. Komering sebagai Sekretariat Pro Gus Dur Wonokromo walaupun cuma sementara (kira-kira 4 bulan). Hal ini dikarenakan rumah tersebut akan habis masa kontraknya 4 bulan lagi.
Sebagai realisasi hal tersebut sekaligus menindaklanjuti kepercayaan DPC PKB Pro Gus Dur Kota Surabaya kepada PAC PKB Pro Gus Dur Wonokromo maka kader-kader Pro Gus Dur Wonokromo segera kerja bhakti membersihkan sekretariat yang telah 3 bulan terbengkelai tanpa ada yang merawat. Sebanyak 12 orang kader PKB Pro Gus Dur Wonokromo bekerja bhakti membersihkan seluruh bangunan rumah tersebut.
Kegiatan dimulai pukul 09.00 wib dan alhamdulillah pada pukul 15.00 wib kita telah selesai bekerja bhakti. Pada lantai dua bangunan tersebut terdapat ruang kosong yang telah kita tempati sebagai sekretariat yang kita sebut "Sekretariat GUS DUR CENTRE WONOKROMO"
Terima kasih atas kepercayaan DPC PKB Pro Gus Dur Kota Surabaya kepada kami DPAC PKB Pro Gus Dur Wonokromo. Kami akan memanfaatkan keberadaan GUS DUR CENTRE WONOKROMO ini sesuai dengan garis-garis perjuangan partai demi mewujudkan cita-cita perjuangan Gus Dur untuk negeri tercinta ini.

Sabtu, 21 Maret 2009

Alhamdulillah.....sebanyak 49 pemuda hadir!

Alhamdulillah...pada tanggal 18 Maret 2009 kita mulai latihan futsal perdana di Lapangan Futsal 134 Jl. Kedurus. Dengan jadwal latihan tiap hari Rabu pukul 20.00-22.00 wib insya Alloh latihan ini akan terus berlangsung dan berjalan dengan baik sesuai harapan kita.
Harapan itu semakin bertambah kuat setelah hadirnya teman Mas Arief yang sanggup menjadi pelatih futsal. Pak Mardi namanya. Beliau siap melatih "BONEK GATARA" untuk menjadi Tim Futsal yang dapat bermain bagus. Sekaligus membentuk pemain-pemain lain yang kurang bagus menjadi pemain yang dapat bermain lebih baik. Insya Alloh....

Tanya Jawab Dengan Gus Dur

Question : Gus, Mengapa Demam Berdarah marak di Jakarta ?

Gus Dur : Karena Sutiyoso melarang bemo, becak dan sebentar lagi bajaj. Padahal nyamuk sini cuma takut sama tiga roda.

Q: Mengapa dalam kampanye mereka, parpol-parpol senang membodohi rakyat?
G: Sebab kalau pintar rakyat tak akan pilih parpol-parpol itu. Orang pintar pilih Tolak Angin.

Q: Mengapa kampanye PPP selalu rame?
G: Sebab tiap suami membawa empat istri.

Q: Mengapa sampai kapan pun bulan bintang tak akan menang?
G: Sebab masih ada Matahari.

Q: Gus, Mengapa Anda selalu menutup doanya dengan “inggih, inggih”
G: Saya ndak mau bilang Amin…Amin. .., saya sebel dengan orang itu.

Q: Menurut Anda partai-partai mana saja yang sealiran ?
G: Partai Keadilan Sejahtera, Partai Damai Sejahtera dan Partai Buruh Sejahtera.

Q: Mengapa perilaku PDIP sering disamakan dengan perilaku Golkar?
G: Karena MEGA kan artinya sama dengan AKBAR.

Q: Jabatan apa menurut Anda yang cocok diduduki oleh Amin Rais ?
G: Kepala Bulog. Biar dia seneng ngurusin Rice

Q: Siapakah sebenarnya musuh terbesar PDIP ?
G: Taufik:censored: Kiemas, karena sudah sering dia menggoyang mbak Mega.

Q: Kemaren Anda sudah berkunjung ke SBY, Dimana sekarang SBY berada ?.
G: Yo’ kamu ini piye toh’… SBY dari dulu ada di Jowo Timur.

Q: Gus, Gimana kalau Anda dicalonkan dengan pendamping Anda Akbar Tanjung ?
G: Ogah !!! Takut Bocor !
Q: Bocor kenapa Gus ?
G: ‘ntar mahasiswa naek naek genteng MPR lagi

Gus Dur, Berjuanglah di Tengah Rakjat!

Tidak banyak orang bisa mengerti, apa sebenarnya tujuan Gus Dur ngotot menuju ke kursi Presiden RI. Tulisan ini adalah sebuah elaborasi, mungkin bisa sedikit mencerahkan jiwa anda yang penasaran.

Banyak yang sinis, mengira Gus Dur gila jabatan dan kekuasaan. Apalagi tiga tahun yang lalu dilengserkan, agaknya masih kurang puas.

Mereka melupakan fakta bahwa Gus Dur adalah mantan Ketua NU, organisasi Islam terbesar di dunia dengan jutaan pendukung fanatik. Gus Dur mewarisi darah biru Hadrotus Syech KH. Hasyim Asyhari, pendiri NU sekaligus ‘Wali’ bagi kebanyakan Kyai yang kini mempengaruhi keputusan di NU.

Tentu saja kedudukan itu tidak bisa ‘dilengserkan’ seumur hidup. Bagaikan Raja, Gus Dur memiliki kekuasaan yang amat luas dan penting bagi seluruh jamiah NU. Sebuah kekuasaan yang jauh lebih mutlak ketimbang jabatan Presiden RI. Maka kekuasaan bukanlah persoalan bagi Gus Dur.

Kadang mereka mengira Gus Dur tak lebih dari politisi lain yang korup dan ingin kekayaan selain kekuasaan. Namun mereka ternyata juga lupa, bahwa Gus Dur adalah satu-satunya mantan presiden yang tidak pernah naik mobil mewah, memakai selop yang butut, peci anyaman bambu dan baju batik yang itu itu juga dari waktu ke waktu dari satu acara ke acara lain.

Gus Dur juga, satu-satunya mantan Presiden RI yang hanya dikawal oleh ajudan dan sekretaris pribadi dari kalangan santri, bukan intel, polisi ataupun perwira militer. Kata orang, santrinya mungkin kebal senjata, bisa jadi. Namun yang jelas, itu menunjukkan bahwa ia benar-benar sosok yang amat sederhana.

Selama menjadi Presiden, Gus Dur dan keluarga tidak tinggal di bangunan utama Istana Negara yang indah, megah, mewah. Gus Dur tinggal di Wisma Negara yang jauh lebih sederhana dengan alasan : agar bisa mudah menerima tamu dari semua kalangan!

Sebagian orang lagi justru memang harap-harap tjemas! Wah, gimana kalau Gus Dur menjadi Presiden lagi? Apakah akan ada dagelan statement keceplosan, pelintiran maupun isu pembisik sebagaimana yang dulu selalu terjadi? Atau mungkin akan ada banyak dana negara terbuang karena Presidennya jalan-jalan melulu entah keliling dunia atau sekedar ziarah ke makam yang katanya keramat? Atau mungkin saban minggu ganti orang dalam kabinet?

Itu adalah bagian kesalahpahaman yang lain lagi.

Fakta yang tidak terbantahkan adalah, sebagian besar ucapan keceplosan, pelintiran dan hasil bisikan yang dilontarkan oleh Gus Dur, pada akhirnya menjumpai kebenaran. Beberapa contoh kasus, isu bunker di Cendana, terbukti benar. Juga tudingan Tommy Soeharto dibelakang teror di Jakarta, dalam tempo tak berapa lama dijumpai kepemilikan senjata serta bukti keterlibatan dalam pemboman. Akhirnya malah membunuh Hakim Agung.

Soal jalan-jalan ke luar negeri. Ternyata kemudian Indonesia melalui Deperindag banyak menerima order lanjutan hasil dari negosiasi yang telah diawali Gus Dur selama setahun keliling dunia. Rini Soewandi, Memperindag kabinet Gotong Royong-nya Megawati, adalah pejabat yang paling jarang pulang ke tanah air karena sibuk ngurus orderan di luar negeri.

Demikian juga soal copot mencopot pejabat. Belakangan satu per satu terlihat bahwa mereka memang terlibat kasus gawat. Misalnya Laksamana Sukardi yang memang ambisi melego BUMN strategis dan paling ganas menguangkan asset negara.

Alasan agenda sistematis yang merugikan negara demi tujuan kelompoknya sendiri, itulah alasan pencopotan Laksamana ketika itu. Demikian juga pejabat lain, katakanlah Wiranto, mantan Panglima ABRI yang terus menerus dikaitkan kasus HAM sepanjang proses reformasi serta Timor Timur.

Inilah sebagian fakta yang terlupakan. Sayang sekali orang tak mau memahami lebih dalam, apa yang terjadi dibalik gaya ‘gitu aja kok repot’ Gus Dur!

Lalu, apakah tujuan Gus Dur sebenarnya ?

Pertama, ingatlah apa yang telah dilakukan Gus Dur semasa jadi Presiden. Maka anda akan melihat dengan sangat jelas, agenda apakah yang sedang dijalankan oleh Gus Dur secara konsisten dan tawar menawar.

Pertama menjabat Presiden, yang dilakukan adalah membubarkan Departemen Penerangan. Artinya dua hal penting sekaligus dieliminir, yaitu hilangnya kontrol struktural dan ancaman kekuasaan terhadap kebebasan pers. Salah satu pilar utama proses demokratisasi yang membutuhkan keterbukaan serta cara pengawasan cerdas dari publik.

Kemudian pembubaran Departemen Sosial yang selama ini menjadi sarang penyamun, pusat pengumpulan dana taktis yang korup untuk kepentingan kekuasaan. Menimbulkan keresahan dan kerusakan sistemik justru terhadap sistem sosial masyarakat karena kerap dijadikan kedok kegiatan ilegal. Misalnya undian berhadiah alias judi.

Terbukti bangkitnya kembali Depsos di era Megawati, kembali menghidupkan gairah judi di tengah masyarakat. Maraknya judi togel adalah salah satunya. Beberapa waktu terakhir Depsos juga kembali menyelenggarakan kegiatan sejenis.

Hal lain yang dilakukan Gus Dur adalah menegakkan supremasi sipil. Hanya Gus Dur yang berani mengamputasi kekuasaan dan pengaruh kaum militer, mereka dikebalikan ke barak. Dilepas keterkaitannya dari semua sendi kekuasaan sipil. Kemudian menempatkan kekuatan kepolisian sebagai lembaga yang mengurus keamanan dalam negeri serta melakukan penegakan hukum. Bukan lagi di tangan militer yang selalu menempatkan lembaga kepolisian sebagai ‘adik manis yang penurut dan tak berani membantah’.

Sayang sekali, kepolisian adalah salah satu lembaga yang kemudian justru mengkhianati Gus Dur ketika dilengserkan.

Treatment yang dilakukan Gus Dur terhadap kekuatan bersenjata, adalah cara paling tepat untuk membebaskan kehidupan berbangsa dan bernegara dari pengaruh militerisme sabagai paham maupun cara berpolitik dalam menyelenggarakan birokrasi kekuasaan pemerintahan.

Sayang sekali, pemerintahan Megawati justru mengembalikan semua itu ke posisi semula. Memberi kesempatan dan jalan bagi kaum militer untuk melakukan infiltrasi kembali dalam tubuh kekuatan sipil yang baru saja berkuasa dan belum lagi matang dalam pengalaman politik.

Terbukti penerapan darurat militer di Aceh dan seringnya terjadi bentrok antara Polisi dan TNI adalah bukti gagalnya Megawati dalam mengelola proses menegakkan supremasi sipil dan tak ada rasa percaya diri potensi kekuasaan sipil yang sebenarnya punya kesempatan luas untuk diekspresikan di era reformasi ini.

Terbukti dengan tampilnya tiga mantan Jenderal dalam bursa kekuasaan Pemilu 2004. Termasuk kuatnya pengaruh dan banyak munculnya calon jadi partai dari kalangan mantan militer di tubuh parlemen. Sehingga ini sebenarnya pengingkaran bagi komitmen penghapusan militerisme dalam tubuh parlemen.

Gus Dur juga telah berupaya meletakkan dasar yang kuat bagi upaya pemberantasan KKN. Salah satu sendi yang diperbaiki adalah kesejahteraan abdi negara. Gaji PNS, Polri dan TNI dinaikkan 3 x lipat, jauh lebih tinggi dari apa yang pernah dilakukan Orde Baru.

Tujuannya jelas, mengupayakan aparatur pemerintahan yang bersih dan memiliki daya tolak terhadap godaan KKN. Tentu diharapkan menjadi teladan bagi seluruh bangsa Indonesia. Karena sumber KKN adalah dari status quo kekuasaan birokrasi yang memang telah lama punya kecenderungan korup. Diiringi dengan sikap jujur, bersahaja dan hidup sederhana yang juga diteladankan sendiri oleh Gus Dur dan keluarganya.

Pilihan penggantian sosok pejabat dan menteri yang terkenal sederhana, bersih, jujur, tulus dan berani seperti Baharudin Lopa (Almarhum) adalah contoh nyata komitmen Gus Dur pada pemberantasan KKN dan perwujudan aparatur negara yang lurus.

Langkah pembenahan Gus Dur yang akhirnya terganjal sampai berakhir dengan pelengseran dirinya adalah ketika mencoba mereformasi bidang hukum dan ekonomi. Upayanya menyeret para koruptor dan politikus busuk ke meja hijau serta pengejaran terhadap konglomerat hitam, telah mengakibatkan munculnya konspirasi politik untuk melawan upayanya yang berani itu.

Diawali dengan polemik politik di DPR dalam hal penempatan hakim-hakim agung Mahkamah Agung yang profesional dan lurus serta punya komitmen kuat dan keberanian dalam membasmi KKN seperti sosok Benjamin Mangkudilaga, dijegal kongkalikong politisi busuk yang menguasai senayan.

Sehingga akhirnya, MA justru dikuasai oleh hakim-hakim yang tercemar dan terkait praktik korup Orde Baru. Para politisi partai status quo berhasil membendung mesin buldozer KKN Gus Dur. Tentu saja untuk cover up semua praktik busuk mereka dan menyelamatkan asset yang telah dikuasai selama ini.

Tidak cukup sampai di situ, mereka juga menggalang dukungan dari partai, politikus reformis yang masih bau kencur serta terobsesi kekuasaan. Dengan mudah mereka diseret ke dalam skenario konspirasi politik untuk menjatuhkan Gus Dur.

Inilah awal era kegelapan. Masa ketika seorang Presiden RI bisa dijatuhkan tanpa ada kesalahan. Tanpa ada pengadilan pidana maupun perdata yang membuktikan kesalahannya yang memang sesungguhnya tidak pernah ada. Sedang di kemudian hari, seorang Ketua DPR yang telah divonis oleh Pengadilan Negeri dan Pengadilan Tinggi dalam kasus pidana korupsi, tetap bisa menjabat dengan leluasa.

Bahkan lolos gemilang di tingkat MA, satu hal yang menjadi fakta pembenaran atas langkah Gus Dur yang dulu dijegal. MA terbukti menjadi pintu yang membebaskan politisi dan pejabat Orde Baru, koruptor dan konglomerat hitam dari jerat hukum.

Seandainya saja, Gus Dur berhasil menjadikan MA lembaga yang benar-benar independen, ceritanya akan berbeda.

Buah dari permainan kekuasaan yang kemudian dihadiahkan ke para politisi reformis yang haus kekuasaan adalah berupa trade off dilepaskannya sejumlah konglomerat hitam termasuk para politisi busuk.

Lantas cover up terhadap kegagalan kerja BPPN yang ternyata lebih korup dari para debitur kakap konglomerat hitam yang selama ini ditanganinya. Termasuk melegalisasi bancakan penjualan asset negara melalui Kementerian BUMN.

Semua ini semakin menjerumuskan negara ini ke dalam krisis ekonomi dan mengulang sejarah, betapa sektor riil diabaikan. Sementara komitmen Gus Dur yang berupaya agar dana talangan untuk konglomerat hitam bisa dialihkan menjadi kredit lunak bagi UKM serta sektor riil, hanya ditertawakan. Kembali ke rumus lama, dimana kekuatan kapitalisme ditawarkan sebagai tulang punggung ekonomi nasional dan selalu diamini oleh BI yang kebetulan waktu itu Gubernurnya pun berstatus terdakwa.

Padahal masyarakat bawah telah merasakan sendiri bahwa sektor riil dan UKM yang mampu membuat ekonomi bangsa ini tetap survive di masa krisis yang tentu akan menolong rakyat jelata dari himpitan ekonomi serta kelangkaan lapangan pekerjaan.

Sementara kebijakan ekonomi pemerintahan Megawati yang hanya membebek pada kepentingan skenario kapital dan asing termasuk penjualan asset negara, pengurangan subsidi dan swastanisasi asset negara tanpa rencana jangka panjang yang jelas, terbukti tidak bisa mengangkat martabat rakyat dari jurang kemiskinan.

Pengangguran di era Megawati, sebagai kekuasaan hadiah konspirasi politik kekuatan status quo pun terus bertambah. Sebuah jebakan yang akhirnya menjatuhkan kredibilitas dari PDIP sebagai partai wong cilik dan figur Megawati sendiri. Satu hal yang jauh hari telah diperingatkan Gus Dur kepada ‘adik manisnya’ ini, yang sayang tidak digubris karena telah silau pada dampar kencana kursi Presiden RI.

Sementara di era Gus Dur, pengangguran justru bisa ditekan. Karena Gus Dur melalui menteri ekonominya Rizal Ramli yang sangat memihak pada pemberdayaan sektor riil, tidak pernah mau menyetujui pengalihan dana negara untuk menalangi para konglomerat hitam. Dana tersebut betul-betul terkucur untuk masyarakat yang memang membutuhkan modal usaha dan membuka peluang lapangan kerja baru.

Sekali lagi, inilah fakta yang seharusnya dengan cerdas kita elaborasi dan pikirkan kembali.

Kedua, pahami latar belakang Gus Dur. Dia adalah aktivis LSM demokrasi, tokoh yang selalu tertindas dan dianiaya oleh rejim orde baru maupun neo orde baru. Selalu dikhianati oleh orang yang justru diorbitkan oleh kelihayan manuver politik Gus Dur.

Agenda Gus Dur yang secara konsisten diperjuangkan di semua lini pertempuran adalah melakukan demokratisasi melalui proses budaya. Gus Dur bukan hanya melakukan reformasi, namun juga revolusi pemikiran dan cara implementasi.

Gus Dur menabrak dan memotong banyak jalur sehingga nampak ia berseberangan dengan common sense kebanyakan masyarakat negeri ini. Tidak heran ia dianggap kontroversial. Walau sesungguhnya hanya karena umumnya orang tidak paham apa yang menjadi tujuan dan harapannya terhadap bangsa ini.

Gus Dur adalah mahaguru demokrasi. Ia memberikan pengajaran bukan melalui teori, melainkan langsung dengan praktek yang kerapkali menyerap banyak energi dan sumber daya. Tidak heran bila orang merasa capek dan tidak mampu mengikuti laju proses yang sekaligus diwujudkan dalam satu kesempatan.

Seringkali Gus Dur memberikan excercise amat berat serta menempatkan dirinya sebagai subyek. Meskipun seringkali ia justru menjadi korban, namun ia menerimanya. Ia bersikap sebagai seorang martir, menimpakan kegagalan pada dirinya sendiri. Justru itu sebenarnya mengurangi resiko bagi pihak lain, ia seperti seorang Bapak yang melindungi anaknya.

Misalnya dalam peristiwa Dekrit sesaat sebelum pelengseran dirinya. Dekrit adalah perlawanan politis terhadap kudeta politik yang dilakukan parlemen. Itu adalah langkah extra konstitusional yang mengimbangi upaya inkonstitusional dari parlemen dan partai politik.

Di kemudian hari, itu akan menjadi catatan sejarah sepanjang RI masih berdiri di muka bumi. Pelajaran penting, excercise terhadap pelaksanaan konstitusi dalam tahapan pembelajaran demokratisasi bangsa ini.

Dekrit itu mengungkap fakta terjadi pembangkangan instrumen keamanan dari kepala negara, kekuasaan tertinggi pemerintahan dan sekaligus pimpinan kepolisian serta presiden panglima tertinggi angkatan bersenjata yang secara jelas ditulis dalam Undang Undang Dasar.

Apabila Dekrit tersebut tidak dikeluarkan, maka ia hanya menyerah terhadap keadaan tanpa memberikan pesan apapun kepada anak cucu kita kelak. Justru Dekrit itu dengan nyata menempatkan semua pihak yang terlibat dalam posisinya yang sesungguhnya, siapa mendukung, siapa menolak dan memberikan bukti terjadinya konspirasi politik dan apa latar belakang serta tujuannya.

Di kemudian hari semuanya terbukti. Bahkan sejumlah tokoh yang dulu terlibat, pada akhirnya mengakui bahwa mereka telah terjebak oleh permainan jangka panjang pihak status quo. Kesadaran yang terlambat, karena situasi kini telah berbalik arah, neo orde baru telah lahir kembali, bergandeng mesra dengan bangkitnya kekuatan militer ke dalam kancah politik dan kekuasaan nasional.

Jelaslah kini siapa yang tersingkir. Kekuatan politik sipil dan kekuatan reformis. Silahkan gigit jari.

Kini, Gus Dur kembali berhadapan dengan kenyataan politik yang diskriminatif dan tidak demokratis. Sebuah perlakuan sistematik berlangsung untuk mencegah Gus Dur dan kekuatan sipil demokrat reformis tampil kembali mengimbangi kekuatan status quo dan come back-nya militer.

Gus Dur memang dijegal secara menyakitkan, sekali lagi. Tapi ini adalah excercise awal dari upaya besar Gus Dur untuk membuka lebih jauh dan menunjukkan kepada rakyat rangkaian konspirasi politik yang berupaya mengembalikan kekuatan lama menguasai negeri ini.

Perlawanan Gus Dur, seperti bisa tidak akan berhenti di sini dan masih akan ada proses yang amat panjang. Sekaligus juga membuka wacana baru atas amputasi hak dipilih bagi warga negara yang memiliki keterbatasan fisik.

Melalui kasus Gus Dur, Indonesia akan terus dipaksa untuk melihat fakta internasional. Bahwa seorang tuna netra bisa menjadi Menteri Dalam Negeri negara adidaya, Inggris, saat ini. Seorang lumpuh mampu membangkitkan kepercayaan diri bangsa Amerika pada PD II karena sebagian besar armadanya hancur di Pearl Harbour, dia adalah Presiden FD Roseveelt.

Gus Dur sebagai pecandu musik klasik, tentu akan menampilkan fakta luar biasa bahwa komposer terbesar sepanjang sejarah, Beethoven justru mencapai puncak karyanya justru ketika dia telah dalam keadaan tuli total! Bagaimana seorang tuli bisa menciptakan komposisi musik aransemen yang abadi sepanjang masa dan memberi inspirasi kepada ummat manusia, termasuk Gus Dur.

Ataupun Vincent Van Gogh yang juga tuli dan menderita sakit secara mental, tetap mampu menghasilkan karya terbaik dan menjadi sangat produktif hingga penyakit itu membawanya ke ajal.

Atau kita harus berkaca pada pemimpin bangsa ini di masa lalu, Panglima Besar Jenderal Sudirman yang memenangkan perang gerilya dalam tandu dan dalam kondisi paru-paru tak berfungsi. Juga Tjoet Nya Dhien yang buta, lumpuh namun tetap menolak menyerah kepada penjajah serta memberi nyawa dan inspirasi seluruh bangsa Atjeh.

Terakhir, kengototan Gus Dur melaju sebagai capres tidak lepas dari amanah para ulama/kayi khos. Para pemimpin ummat yang sampai sejauh ini dipercaya sebagai muara suara rakyat yang paling murni. Kepatuhan Gus Dur kepada ulama adalah suatu jalan tersendiri yang tidak banyak diketahui oleh orang kebanyakan. Suatu alasan spiritual yang tidak akan dengan mudah dicerna.

Gus Dur, dipercaya adalah Semar dalam tokoh pewayangan. Ia adalah guru laku, tokoh tertinggi yang merendahkan diri dan tampil sebagai seorang jongos. Demikianlah sikap Gus Dur terhadap para Ulama utama. Gus Dur adalah sekedar pion. Di balik ini, ada kepentingan dan suara rakyat yang amat besar melalui amanat para ulama.

Sebuah kepentingan mulia yang tentu saja sejalan dengan apa yang selama ini telah dilakukan Gus Dur. Kepentingan tulus, untuk memberdayakan dan menempatkan rakyat jelata dalam satu posisi tawar yang kuat terhadap pemerintahan dan kekuasaan.

Siapapun itu nantinya yang akan berkuasa.

Gus Dur, hanyalah alat untuk memperkaya proses tersebut. Dan ia bersedia disalahpahami kredibilitasnya untuk tujuan tersebut. Sebab hanya Gus Dur yang bisa begitu.

Gitu aja kok repot!