Minggu, 22 Maret 2009

Akhirnya Tim A Gatara Sawunggaling kalah....

Hari ini Minggu tanggal 23 Maret 2009 pukul 16.30 wib kami Tim Futsal Gatara Sawunggaling (Tim-A) akan melakukan pertandingan dalam Turnamen Futsal Armuji Cup. Dan kebetulan kita akan berhadapan dengan Tim Hijau Daun yang kebetulan Tim ini merupakan Tim Futsal di kampung Bpk. Armuji sendiri. Jadi pemainnya mayoritas satu kampung dengan Bpk. Armuji walaupun ada beberapa pemain dari wilayah lain.
Pertandngan berlangsung cukup seru. Masing-masing tim menunjukkan kualitas yang sama-sama bagus. Tapi Tim Hijau Daun lebih baik dibandingkan Tim Gatara Sawunggaling. Score pertandingan 2-1 untuk Tim Hijau Daun.
Kekalahan ini membuat kami Tim Futsal Gatara Sawunggaling dapat mengambil hikmahnya. bahwa kami perlu banyak latihan. Selamat tinggal Turnamen Futsal Armuji Cup. Terima kasih Bpk. Ir.Armuji....

Gus Dur Centre Wonokromo

Atas upaya H. Farid selaku Ketua Tanfidz PAC PKB Pro Gus Dur Wonokromo untuk melakukan pendekatan persuasif dengan Bpk. H. Ali Burhan selaku Ketua DPC PKB Pro Gus Dur Kota Surabaya akhirnya kita dapat menggunakan sebagian tempat di Sekretariat DPC PKB Pro Gus Dur di Jl. Komering sebagai Sekretariat Pro Gus Dur Wonokromo walaupun cuma sementara (kira-kira 4 bulan). Hal ini dikarenakan rumah tersebut akan habis masa kontraknya 4 bulan lagi.
Sebagai realisasi hal tersebut sekaligus menindaklanjuti kepercayaan DPC PKB Pro Gus Dur Kota Surabaya kepada PAC PKB Pro Gus Dur Wonokromo maka kader-kader Pro Gus Dur Wonokromo segera kerja bhakti membersihkan sekretariat yang telah 3 bulan terbengkelai tanpa ada yang merawat. Sebanyak 12 orang kader PKB Pro Gus Dur Wonokromo bekerja bhakti membersihkan seluruh bangunan rumah tersebut.
Kegiatan dimulai pukul 09.00 wib dan alhamdulillah pada pukul 15.00 wib kita telah selesai bekerja bhakti. Pada lantai dua bangunan tersebut terdapat ruang kosong yang telah kita tempati sebagai sekretariat yang kita sebut "Sekretariat GUS DUR CENTRE WONOKROMO"
Terima kasih atas kepercayaan DPC PKB Pro Gus Dur Kota Surabaya kepada kami DPAC PKB Pro Gus Dur Wonokromo. Kami akan memanfaatkan keberadaan GUS DUR CENTRE WONOKROMO ini sesuai dengan garis-garis perjuangan partai demi mewujudkan cita-cita perjuangan Gus Dur untuk negeri tercinta ini.

Sabtu, 21 Maret 2009

Alhamdulillah.....sebanyak 49 pemuda hadir!

Alhamdulillah...pada tanggal 18 Maret 2009 kita mulai latihan futsal perdana di Lapangan Futsal 134 Jl. Kedurus. Dengan jadwal latihan tiap hari Rabu pukul 20.00-22.00 wib insya Alloh latihan ini akan terus berlangsung dan berjalan dengan baik sesuai harapan kita.
Harapan itu semakin bertambah kuat setelah hadirnya teman Mas Arief yang sanggup menjadi pelatih futsal. Pak Mardi namanya. Beliau siap melatih "BONEK GATARA" untuk menjadi Tim Futsal yang dapat bermain bagus. Sekaligus membentuk pemain-pemain lain yang kurang bagus menjadi pemain yang dapat bermain lebih baik. Insya Alloh....

Tanya Jawab Dengan Gus Dur

Question : Gus, Mengapa Demam Berdarah marak di Jakarta ?

Gus Dur : Karena Sutiyoso melarang bemo, becak dan sebentar lagi bajaj. Padahal nyamuk sini cuma takut sama tiga roda.

Q: Mengapa dalam kampanye mereka, parpol-parpol senang membodohi rakyat?
G: Sebab kalau pintar rakyat tak akan pilih parpol-parpol itu. Orang pintar pilih Tolak Angin.

Q: Mengapa kampanye PPP selalu rame?
G: Sebab tiap suami membawa empat istri.

Q: Mengapa sampai kapan pun bulan bintang tak akan menang?
G: Sebab masih ada Matahari.

Q: Gus, Mengapa Anda selalu menutup doanya dengan “inggih, inggih”
G: Saya ndak mau bilang Amin…Amin. .., saya sebel dengan orang itu.

Q: Menurut Anda partai-partai mana saja yang sealiran ?
G: Partai Keadilan Sejahtera, Partai Damai Sejahtera dan Partai Buruh Sejahtera.

Q: Mengapa perilaku PDIP sering disamakan dengan perilaku Golkar?
G: Karena MEGA kan artinya sama dengan AKBAR.

Q: Jabatan apa menurut Anda yang cocok diduduki oleh Amin Rais ?
G: Kepala Bulog. Biar dia seneng ngurusin Rice

Q: Siapakah sebenarnya musuh terbesar PDIP ?
G: Taufik:censored: Kiemas, karena sudah sering dia menggoyang mbak Mega.

Q: Kemaren Anda sudah berkunjung ke SBY, Dimana sekarang SBY berada ?.
G: Yo’ kamu ini piye toh’… SBY dari dulu ada di Jowo Timur.

Q: Gus, Gimana kalau Anda dicalonkan dengan pendamping Anda Akbar Tanjung ?
G: Ogah !!! Takut Bocor !
Q: Bocor kenapa Gus ?
G: ‘ntar mahasiswa naek naek genteng MPR lagi

Gus Dur, Berjuanglah di Tengah Rakjat!

Tidak banyak orang bisa mengerti, apa sebenarnya tujuan Gus Dur ngotot menuju ke kursi Presiden RI. Tulisan ini adalah sebuah elaborasi, mungkin bisa sedikit mencerahkan jiwa anda yang penasaran.

Banyak yang sinis, mengira Gus Dur gila jabatan dan kekuasaan. Apalagi tiga tahun yang lalu dilengserkan, agaknya masih kurang puas.

Mereka melupakan fakta bahwa Gus Dur adalah mantan Ketua NU, organisasi Islam terbesar di dunia dengan jutaan pendukung fanatik. Gus Dur mewarisi darah biru Hadrotus Syech KH. Hasyim Asyhari, pendiri NU sekaligus ‘Wali’ bagi kebanyakan Kyai yang kini mempengaruhi keputusan di NU.

Tentu saja kedudukan itu tidak bisa ‘dilengserkan’ seumur hidup. Bagaikan Raja, Gus Dur memiliki kekuasaan yang amat luas dan penting bagi seluruh jamiah NU. Sebuah kekuasaan yang jauh lebih mutlak ketimbang jabatan Presiden RI. Maka kekuasaan bukanlah persoalan bagi Gus Dur.

Kadang mereka mengira Gus Dur tak lebih dari politisi lain yang korup dan ingin kekayaan selain kekuasaan. Namun mereka ternyata juga lupa, bahwa Gus Dur adalah satu-satunya mantan presiden yang tidak pernah naik mobil mewah, memakai selop yang butut, peci anyaman bambu dan baju batik yang itu itu juga dari waktu ke waktu dari satu acara ke acara lain.

Gus Dur juga, satu-satunya mantan Presiden RI yang hanya dikawal oleh ajudan dan sekretaris pribadi dari kalangan santri, bukan intel, polisi ataupun perwira militer. Kata orang, santrinya mungkin kebal senjata, bisa jadi. Namun yang jelas, itu menunjukkan bahwa ia benar-benar sosok yang amat sederhana.

Selama menjadi Presiden, Gus Dur dan keluarga tidak tinggal di bangunan utama Istana Negara yang indah, megah, mewah. Gus Dur tinggal di Wisma Negara yang jauh lebih sederhana dengan alasan : agar bisa mudah menerima tamu dari semua kalangan!

Sebagian orang lagi justru memang harap-harap tjemas! Wah, gimana kalau Gus Dur menjadi Presiden lagi? Apakah akan ada dagelan statement keceplosan, pelintiran maupun isu pembisik sebagaimana yang dulu selalu terjadi? Atau mungkin akan ada banyak dana negara terbuang karena Presidennya jalan-jalan melulu entah keliling dunia atau sekedar ziarah ke makam yang katanya keramat? Atau mungkin saban minggu ganti orang dalam kabinet?

Itu adalah bagian kesalahpahaman yang lain lagi.

Fakta yang tidak terbantahkan adalah, sebagian besar ucapan keceplosan, pelintiran dan hasil bisikan yang dilontarkan oleh Gus Dur, pada akhirnya menjumpai kebenaran. Beberapa contoh kasus, isu bunker di Cendana, terbukti benar. Juga tudingan Tommy Soeharto dibelakang teror di Jakarta, dalam tempo tak berapa lama dijumpai kepemilikan senjata serta bukti keterlibatan dalam pemboman. Akhirnya malah membunuh Hakim Agung.

Soal jalan-jalan ke luar negeri. Ternyata kemudian Indonesia melalui Deperindag banyak menerima order lanjutan hasil dari negosiasi yang telah diawali Gus Dur selama setahun keliling dunia. Rini Soewandi, Memperindag kabinet Gotong Royong-nya Megawati, adalah pejabat yang paling jarang pulang ke tanah air karena sibuk ngurus orderan di luar negeri.

Demikian juga soal copot mencopot pejabat. Belakangan satu per satu terlihat bahwa mereka memang terlibat kasus gawat. Misalnya Laksamana Sukardi yang memang ambisi melego BUMN strategis dan paling ganas menguangkan asset negara.

Alasan agenda sistematis yang merugikan negara demi tujuan kelompoknya sendiri, itulah alasan pencopotan Laksamana ketika itu. Demikian juga pejabat lain, katakanlah Wiranto, mantan Panglima ABRI yang terus menerus dikaitkan kasus HAM sepanjang proses reformasi serta Timor Timur.

Inilah sebagian fakta yang terlupakan. Sayang sekali orang tak mau memahami lebih dalam, apa yang terjadi dibalik gaya ‘gitu aja kok repot’ Gus Dur!

Lalu, apakah tujuan Gus Dur sebenarnya ?

Pertama, ingatlah apa yang telah dilakukan Gus Dur semasa jadi Presiden. Maka anda akan melihat dengan sangat jelas, agenda apakah yang sedang dijalankan oleh Gus Dur secara konsisten dan tawar menawar.

Pertama menjabat Presiden, yang dilakukan adalah membubarkan Departemen Penerangan. Artinya dua hal penting sekaligus dieliminir, yaitu hilangnya kontrol struktural dan ancaman kekuasaan terhadap kebebasan pers. Salah satu pilar utama proses demokratisasi yang membutuhkan keterbukaan serta cara pengawasan cerdas dari publik.

Kemudian pembubaran Departemen Sosial yang selama ini menjadi sarang penyamun, pusat pengumpulan dana taktis yang korup untuk kepentingan kekuasaan. Menimbulkan keresahan dan kerusakan sistemik justru terhadap sistem sosial masyarakat karena kerap dijadikan kedok kegiatan ilegal. Misalnya undian berhadiah alias judi.

Terbukti bangkitnya kembali Depsos di era Megawati, kembali menghidupkan gairah judi di tengah masyarakat. Maraknya judi togel adalah salah satunya. Beberapa waktu terakhir Depsos juga kembali menyelenggarakan kegiatan sejenis.

Hal lain yang dilakukan Gus Dur adalah menegakkan supremasi sipil. Hanya Gus Dur yang berani mengamputasi kekuasaan dan pengaruh kaum militer, mereka dikebalikan ke barak. Dilepas keterkaitannya dari semua sendi kekuasaan sipil. Kemudian menempatkan kekuatan kepolisian sebagai lembaga yang mengurus keamanan dalam negeri serta melakukan penegakan hukum. Bukan lagi di tangan militer yang selalu menempatkan lembaga kepolisian sebagai ‘adik manis yang penurut dan tak berani membantah’.

Sayang sekali, kepolisian adalah salah satu lembaga yang kemudian justru mengkhianati Gus Dur ketika dilengserkan.

Treatment yang dilakukan Gus Dur terhadap kekuatan bersenjata, adalah cara paling tepat untuk membebaskan kehidupan berbangsa dan bernegara dari pengaruh militerisme sabagai paham maupun cara berpolitik dalam menyelenggarakan birokrasi kekuasaan pemerintahan.

Sayang sekali, pemerintahan Megawati justru mengembalikan semua itu ke posisi semula. Memberi kesempatan dan jalan bagi kaum militer untuk melakukan infiltrasi kembali dalam tubuh kekuatan sipil yang baru saja berkuasa dan belum lagi matang dalam pengalaman politik.

Terbukti penerapan darurat militer di Aceh dan seringnya terjadi bentrok antara Polisi dan TNI adalah bukti gagalnya Megawati dalam mengelola proses menegakkan supremasi sipil dan tak ada rasa percaya diri potensi kekuasaan sipil yang sebenarnya punya kesempatan luas untuk diekspresikan di era reformasi ini.

Terbukti dengan tampilnya tiga mantan Jenderal dalam bursa kekuasaan Pemilu 2004. Termasuk kuatnya pengaruh dan banyak munculnya calon jadi partai dari kalangan mantan militer di tubuh parlemen. Sehingga ini sebenarnya pengingkaran bagi komitmen penghapusan militerisme dalam tubuh parlemen.

Gus Dur juga telah berupaya meletakkan dasar yang kuat bagi upaya pemberantasan KKN. Salah satu sendi yang diperbaiki adalah kesejahteraan abdi negara. Gaji PNS, Polri dan TNI dinaikkan 3 x lipat, jauh lebih tinggi dari apa yang pernah dilakukan Orde Baru.

Tujuannya jelas, mengupayakan aparatur pemerintahan yang bersih dan memiliki daya tolak terhadap godaan KKN. Tentu diharapkan menjadi teladan bagi seluruh bangsa Indonesia. Karena sumber KKN adalah dari status quo kekuasaan birokrasi yang memang telah lama punya kecenderungan korup. Diiringi dengan sikap jujur, bersahaja dan hidup sederhana yang juga diteladankan sendiri oleh Gus Dur dan keluarganya.

Pilihan penggantian sosok pejabat dan menteri yang terkenal sederhana, bersih, jujur, tulus dan berani seperti Baharudin Lopa (Almarhum) adalah contoh nyata komitmen Gus Dur pada pemberantasan KKN dan perwujudan aparatur negara yang lurus.

Langkah pembenahan Gus Dur yang akhirnya terganjal sampai berakhir dengan pelengseran dirinya adalah ketika mencoba mereformasi bidang hukum dan ekonomi. Upayanya menyeret para koruptor dan politikus busuk ke meja hijau serta pengejaran terhadap konglomerat hitam, telah mengakibatkan munculnya konspirasi politik untuk melawan upayanya yang berani itu.

Diawali dengan polemik politik di DPR dalam hal penempatan hakim-hakim agung Mahkamah Agung yang profesional dan lurus serta punya komitmen kuat dan keberanian dalam membasmi KKN seperti sosok Benjamin Mangkudilaga, dijegal kongkalikong politisi busuk yang menguasai senayan.

Sehingga akhirnya, MA justru dikuasai oleh hakim-hakim yang tercemar dan terkait praktik korup Orde Baru. Para politisi partai status quo berhasil membendung mesin buldozer KKN Gus Dur. Tentu saja untuk cover up semua praktik busuk mereka dan menyelamatkan asset yang telah dikuasai selama ini.

Tidak cukup sampai di situ, mereka juga menggalang dukungan dari partai, politikus reformis yang masih bau kencur serta terobsesi kekuasaan. Dengan mudah mereka diseret ke dalam skenario konspirasi politik untuk menjatuhkan Gus Dur.

Inilah awal era kegelapan. Masa ketika seorang Presiden RI bisa dijatuhkan tanpa ada kesalahan. Tanpa ada pengadilan pidana maupun perdata yang membuktikan kesalahannya yang memang sesungguhnya tidak pernah ada. Sedang di kemudian hari, seorang Ketua DPR yang telah divonis oleh Pengadilan Negeri dan Pengadilan Tinggi dalam kasus pidana korupsi, tetap bisa menjabat dengan leluasa.

Bahkan lolos gemilang di tingkat MA, satu hal yang menjadi fakta pembenaran atas langkah Gus Dur yang dulu dijegal. MA terbukti menjadi pintu yang membebaskan politisi dan pejabat Orde Baru, koruptor dan konglomerat hitam dari jerat hukum.

Seandainya saja, Gus Dur berhasil menjadikan MA lembaga yang benar-benar independen, ceritanya akan berbeda.

Buah dari permainan kekuasaan yang kemudian dihadiahkan ke para politisi reformis yang haus kekuasaan adalah berupa trade off dilepaskannya sejumlah konglomerat hitam termasuk para politisi busuk.

Lantas cover up terhadap kegagalan kerja BPPN yang ternyata lebih korup dari para debitur kakap konglomerat hitam yang selama ini ditanganinya. Termasuk melegalisasi bancakan penjualan asset negara melalui Kementerian BUMN.

Semua ini semakin menjerumuskan negara ini ke dalam krisis ekonomi dan mengulang sejarah, betapa sektor riil diabaikan. Sementara komitmen Gus Dur yang berupaya agar dana talangan untuk konglomerat hitam bisa dialihkan menjadi kredit lunak bagi UKM serta sektor riil, hanya ditertawakan. Kembali ke rumus lama, dimana kekuatan kapitalisme ditawarkan sebagai tulang punggung ekonomi nasional dan selalu diamini oleh BI yang kebetulan waktu itu Gubernurnya pun berstatus terdakwa.

Padahal masyarakat bawah telah merasakan sendiri bahwa sektor riil dan UKM yang mampu membuat ekonomi bangsa ini tetap survive di masa krisis yang tentu akan menolong rakyat jelata dari himpitan ekonomi serta kelangkaan lapangan pekerjaan.

Sementara kebijakan ekonomi pemerintahan Megawati yang hanya membebek pada kepentingan skenario kapital dan asing termasuk penjualan asset negara, pengurangan subsidi dan swastanisasi asset negara tanpa rencana jangka panjang yang jelas, terbukti tidak bisa mengangkat martabat rakyat dari jurang kemiskinan.

Pengangguran di era Megawati, sebagai kekuasaan hadiah konspirasi politik kekuatan status quo pun terus bertambah. Sebuah jebakan yang akhirnya menjatuhkan kredibilitas dari PDIP sebagai partai wong cilik dan figur Megawati sendiri. Satu hal yang jauh hari telah diperingatkan Gus Dur kepada ‘adik manisnya’ ini, yang sayang tidak digubris karena telah silau pada dampar kencana kursi Presiden RI.

Sementara di era Gus Dur, pengangguran justru bisa ditekan. Karena Gus Dur melalui menteri ekonominya Rizal Ramli yang sangat memihak pada pemberdayaan sektor riil, tidak pernah mau menyetujui pengalihan dana negara untuk menalangi para konglomerat hitam. Dana tersebut betul-betul terkucur untuk masyarakat yang memang membutuhkan modal usaha dan membuka peluang lapangan kerja baru.

Sekali lagi, inilah fakta yang seharusnya dengan cerdas kita elaborasi dan pikirkan kembali.

Kedua, pahami latar belakang Gus Dur. Dia adalah aktivis LSM demokrasi, tokoh yang selalu tertindas dan dianiaya oleh rejim orde baru maupun neo orde baru. Selalu dikhianati oleh orang yang justru diorbitkan oleh kelihayan manuver politik Gus Dur.

Agenda Gus Dur yang secara konsisten diperjuangkan di semua lini pertempuran adalah melakukan demokratisasi melalui proses budaya. Gus Dur bukan hanya melakukan reformasi, namun juga revolusi pemikiran dan cara implementasi.

Gus Dur menabrak dan memotong banyak jalur sehingga nampak ia berseberangan dengan common sense kebanyakan masyarakat negeri ini. Tidak heran ia dianggap kontroversial. Walau sesungguhnya hanya karena umumnya orang tidak paham apa yang menjadi tujuan dan harapannya terhadap bangsa ini.

Gus Dur adalah mahaguru demokrasi. Ia memberikan pengajaran bukan melalui teori, melainkan langsung dengan praktek yang kerapkali menyerap banyak energi dan sumber daya. Tidak heran bila orang merasa capek dan tidak mampu mengikuti laju proses yang sekaligus diwujudkan dalam satu kesempatan.

Seringkali Gus Dur memberikan excercise amat berat serta menempatkan dirinya sebagai subyek. Meskipun seringkali ia justru menjadi korban, namun ia menerimanya. Ia bersikap sebagai seorang martir, menimpakan kegagalan pada dirinya sendiri. Justru itu sebenarnya mengurangi resiko bagi pihak lain, ia seperti seorang Bapak yang melindungi anaknya.

Misalnya dalam peristiwa Dekrit sesaat sebelum pelengseran dirinya. Dekrit adalah perlawanan politis terhadap kudeta politik yang dilakukan parlemen. Itu adalah langkah extra konstitusional yang mengimbangi upaya inkonstitusional dari parlemen dan partai politik.

Di kemudian hari, itu akan menjadi catatan sejarah sepanjang RI masih berdiri di muka bumi. Pelajaran penting, excercise terhadap pelaksanaan konstitusi dalam tahapan pembelajaran demokratisasi bangsa ini.

Dekrit itu mengungkap fakta terjadi pembangkangan instrumen keamanan dari kepala negara, kekuasaan tertinggi pemerintahan dan sekaligus pimpinan kepolisian serta presiden panglima tertinggi angkatan bersenjata yang secara jelas ditulis dalam Undang Undang Dasar.

Apabila Dekrit tersebut tidak dikeluarkan, maka ia hanya menyerah terhadap keadaan tanpa memberikan pesan apapun kepada anak cucu kita kelak. Justru Dekrit itu dengan nyata menempatkan semua pihak yang terlibat dalam posisinya yang sesungguhnya, siapa mendukung, siapa menolak dan memberikan bukti terjadinya konspirasi politik dan apa latar belakang serta tujuannya.

Di kemudian hari semuanya terbukti. Bahkan sejumlah tokoh yang dulu terlibat, pada akhirnya mengakui bahwa mereka telah terjebak oleh permainan jangka panjang pihak status quo. Kesadaran yang terlambat, karena situasi kini telah berbalik arah, neo orde baru telah lahir kembali, bergandeng mesra dengan bangkitnya kekuatan militer ke dalam kancah politik dan kekuasaan nasional.

Jelaslah kini siapa yang tersingkir. Kekuatan politik sipil dan kekuatan reformis. Silahkan gigit jari.

Kini, Gus Dur kembali berhadapan dengan kenyataan politik yang diskriminatif dan tidak demokratis. Sebuah perlakuan sistematik berlangsung untuk mencegah Gus Dur dan kekuatan sipil demokrat reformis tampil kembali mengimbangi kekuatan status quo dan come back-nya militer.

Gus Dur memang dijegal secara menyakitkan, sekali lagi. Tapi ini adalah excercise awal dari upaya besar Gus Dur untuk membuka lebih jauh dan menunjukkan kepada rakyat rangkaian konspirasi politik yang berupaya mengembalikan kekuatan lama menguasai negeri ini.

Perlawanan Gus Dur, seperti bisa tidak akan berhenti di sini dan masih akan ada proses yang amat panjang. Sekaligus juga membuka wacana baru atas amputasi hak dipilih bagi warga negara yang memiliki keterbatasan fisik.

Melalui kasus Gus Dur, Indonesia akan terus dipaksa untuk melihat fakta internasional. Bahwa seorang tuna netra bisa menjadi Menteri Dalam Negeri negara adidaya, Inggris, saat ini. Seorang lumpuh mampu membangkitkan kepercayaan diri bangsa Amerika pada PD II karena sebagian besar armadanya hancur di Pearl Harbour, dia adalah Presiden FD Roseveelt.

Gus Dur sebagai pecandu musik klasik, tentu akan menampilkan fakta luar biasa bahwa komposer terbesar sepanjang sejarah, Beethoven justru mencapai puncak karyanya justru ketika dia telah dalam keadaan tuli total! Bagaimana seorang tuli bisa menciptakan komposisi musik aransemen yang abadi sepanjang masa dan memberi inspirasi kepada ummat manusia, termasuk Gus Dur.

Ataupun Vincent Van Gogh yang juga tuli dan menderita sakit secara mental, tetap mampu menghasilkan karya terbaik dan menjadi sangat produktif hingga penyakit itu membawanya ke ajal.

Atau kita harus berkaca pada pemimpin bangsa ini di masa lalu, Panglima Besar Jenderal Sudirman yang memenangkan perang gerilya dalam tandu dan dalam kondisi paru-paru tak berfungsi. Juga Tjoet Nya Dhien yang buta, lumpuh namun tetap menolak menyerah kepada penjajah serta memberi nyawa dan inspirasi seluruh bangsa Atjeh.

Terakhir, kengototan Gus Dur melaju sebagai capres tidak lepas dari amanah para ulama/kayi khos. Para pemimpin ummat yang sampai sejauh ini dipercaya sebagai muara suara rakyat yang paling murni. Kepatuhan Gus Dur kepada ulama adalah suatu jalan tersendiri yang tidak banyak diketahui oleh orang kebanyakan. Suatu alasan spiritual yang tidak akan dengan mudah dicerna.

Gus Dur, dipercaya adalah Semar dalam tokoh pewayangan. Ia adalah guru laku, tokoh tertinggi yang merendahkan diri dan tampil sebagai seorang jongos. Demikianlah sikap Gus Dur terhadap para Ulama utama. Gus Dur adalah sekedar pion. Di balik ini, ada kepentingan dan suara rakyat yang amat besar melalui amanat para ulama.

Sebuah kepentingan mulia yang tentu saja sejalan dengan apa yang selama ini telah dilakukan Gus Dur. Kepentingan tulus, untuk memberdayakan dan menempatkan rakyat jelata dalam satu posisi tawar yang kuat terhadap pemerintahan dan kekuasaan.

Siapapun itu nantinya yang akan berkuasa.

Gus Dur, hanyalah alat untuk memperkaya proses tersebut. Dan ia bersedia disalahpahami kredibilitasnya untuk tujuan tersebut. Sebab hanya Gus Dur yang bisa begitu.

Gitu aja kok repot!

Membaca Jalan Pikiran Gus Dur

Oleh M Fuad Riyadi

Sungguh disayangkan Muhaimin Iskandar, politisi muda berbakat luar biasa itu, akhirnya memilih langkah menuju ketidakjelasan karier politiknya. Pekan-pekan terakhir ini, dia mengulangi kekeliruan yang telah “dicontohkan” Mathori Abdul Jalil dan Alwi Shihab; melawan Gus Dur (KH Abdurrahman Wahid) di jagad PKB (Partai Kebangkitan Bangsa). Seperti biasanya, Gus Dur “dengan seenaknya” dan over PD (percaya diri) bilang, perlawanan Muhaimin hanya sia-sia. “Seperti yang sudah-sudah, nanti saya yang menang (lagi)”, demikian pernyataan Gus Dur kurang lebihnya.
Muhaimin tak bisa disamakan dengan Saifulloh Yusuf atau Choirul Anam. Meski sama-sama melawan Gus Dur, Saiful “tidak habis” karier politiknya. Choirul malah jadi ketua PKNU (Partai Kebangkitan Nasional Ulama, sebuah nama partai yang kurang sedap bunyinya didengar telinga, gara-gara mengejar singkatan “NU”) yang siap-siap “mempecundangi” PKB pada pemilu mendatang. Memang, seperti Saifulloh dan Choirul Anam, Muhaimin juga dibela sejumlah kiai. Bedanya, Saifulloh dan Choirul Anam dibela banyak kiai kharismatik seperti dari poros Langitan yang di luar jangkauan bayang-bayang Gus Dur (Gus Dur saja dulu menyebut mereka kiai khos untuk menunjukkan penghormatan luar biasa), sementara Muhaimin hanya didukung sejumlah kiai yang (masih) tergabung dalam jajaran dewan pimpinan PKB: barisan kiai yang masih di bawah bayang-bayang Gus Dur alias kalah awu.
Tuduhan klasik Gus Dur bahwa Muhaimin diperalat SBY, boleh saja dianggap angin sepi dan ngawur oleh Andi Malarangeng (jubir SBY). Paling tidak, kepastian PKB sebagai salah satu partai peserta Pemilu 2009 dengan adanya konflik internal tersebut menjadi terhambat. Tuduhan Fachri Ali bahwa Gus Dur menerapkan politik patron di PKB –siapa pun kalau tidak mau menempatkan Gus Dur sebagai bos pasti dibuang-, boleh saja membesarkan hati Muhaimin dan kawan-kawannya. Namun, beberapa catatan berikut ini tak ada salahnya untuk dipertimbangkan.
Dulu, Mathori ditendang Gus Dur sebelum diangkat menjadi Menteri Pertahanan oleh Megawati. Tuduhan serupa juga pernah dilayangkan Gus Dur kepada Alwi Shihab. Ujung-ujungnya, Alwi kini diangkat menjadi duta besar setelah keok berebut PKB. Ketika Gus Dur menuduh KPU sarang maling dan diperalat oleh salah satu kandidat calon presiden, orang mengira tuduhan itu asbun alias asal bunyi dan semata-mata karena Gus Dur kagol tidak diloloskan KPU sebagai salah satu calon presiden periode 2005-2009. Belakangan, Hamid Awaludin (salah satu anggota KPU) jadi menteri hukum dan perundang-undangan(?). Dan lebih gilanya lagi, seorang profesor doktor seperti Nazarudin Syamsudin (ketua KPU), Mulyana W Kusuma –dua tokoh yang rasa-rasanya impossible melakukan korupsi- dan beberapa anggota KPU pusat lainnya benar-benar terbukti di pengadilan sebagai “tuan rumahnya” sarang maling. Hamid Awaludin pun, terlibat atau tidak, akhirnya lengser dari kedudukan sebagai menteri hukum dan perundang-undangan.
Lebih ke belakang lagi, beberapa pekan sebelum SU MPR tahun 1999 yang menetapkan Gus Dur sebagai presiden, dia sudah bilang kepada banyak orang, salah satunya Syafii Maarif yang waktu itu ketua Muhammadiyah, bahwa dia akan jadi presiden.

Politik Patron
Memang, dalam Piala Dunia tahun 2002 di Korea Selatan, Gus Dur memprediksikan final akan terjadi antara kesebelasan Korea Selatan lawan Turki. Ternyata, justru Jerman dan Brasil yang maju ke final. Tapi, harap dicatat, (1) Gus Dur tidak menyaksikan pertandingan sepakbola dengan matanya sendiri, hanya lewat telinga, karena waktu itu Gus Dur sudah mengalami kebutaan, (2) banyak pakar bola juga sependapat dengan prediksi Gus Dur.
Kini, soal politik patron seperti sinyalemen Fahri Ali. Perlu dipertimbangkan beberapa kalimat pertanyaan dan kemungkinan jawaban berikut ini: lebih populer mana antara PKB (bahkan NU sekalipun) dibandingkan Gus Dur? Kemungkinan jawabannya; Gus Dur. Untuk saat ini, bisakah PKB tanpa Gus Dur? Kemungkinan jawabannya; sulit. Bisakah Gus Dur meneruskan sepakterjang di dunia politik tanpa PKB? Jawabnya; bisa. Di antara politisi PKB lainnya, sudah adakah sosok yang bisa mengimbangi atau melebihi Gus Dur dari segi popularitas, intuisi, kharisma, kecerdasan, pengaruh dan pengalaman di dunia politik? Jawabnya; belum. Muhaimin, seperti Mathori, Alwi, Saifulloh, dan Choirul Anam, belum kelasnya melawan Gus Dur. Ibarat kesebelasan anggota divisi II PSSI bertanding melawan tim inti Manchester United! Seumpama Cris Jon melawan Mike Tyson!
Politik patron yang terjadi secara alamiah di PKB hanya menunjukkan bahwa politisi PKB masih harus banyak belajar dan bersabar menunggu waktu hingga mereka setidak-tidaknya bisa sekelas dengan Gus Dur. Benar nasehat Effendi Choiri, salah seorang politisi PKB seangkatan Muhaimin, kalau Muhaimin mau manut Gus Dur yang memang sejak awal adalah guru sekaligus bapak ideologisnya, dia selamat. Bisa jadi Muhaiminlah yang paling layak sebagai calon pewaris tahta Gus Dur di PKB. Tapi, kalau membangkang seperti sekarang? “Saya yang menang (lagi), Kang!”, begitu kira-kira Gus Dur bilang.
Namun itulah yang namanya politik. Pagi kedelai sore sudah bisa menjadi tempe atau tahu atau apalagi bentuknya, terserah sang aktor yang kuat posisinya. Yang jelas dunia politik tak ada yang pasti!

Penulis adalah Pengasuh
PP Roudlotul Fatihah, Kaki Gunung Sentono, Plered, Bantul

Gus Dur dan Penghargaan Perdamaian dari Taman Amir Hamzah




“Belajarlah dari Jepang!” demikian ungkap Gus Dur singkat. Ungkapan singkat namun lugas ini diungkapkan Abdurrachman Wahid, yang biasa dipanggil Gus Dur, mengawali sambutan acara pemberian penghargaan perdamaian oleh The Wahid Institute kepada Mr. Daisaku Ikeda pada Senin14 juli 2008 di Jakarta. Sayangnya, acara bahagia ini tidak bisa dihadiri langsung oleh Mr. Daisaku yang menjabat Presiden Soka Gakkai International University Jepang. Akhirnya penghargaan kepada Daisaku Ikeda yang juga dikenal sebagai seorang filsuf yang memiliki kontribusi besar terhadap perwujudan perdamaian dan tercipatanya dialog antarbudaya, serta pendidikan ini diwakilkan kepada putera beliau.

Dalam sambutannya, Gus Dur mengungkapkan, “Jika RRC, India, dan Indonesia mau belajar tentang strategi kepada negara Jepang, mungkin tak lama lagi, Asia bisa menjadi pusat perhatian dunia.” Apa yang disampaikan Gus Dur itu memang bukan isapan jempol atau igauan seorang bocah di siang bolong. Jika dicermati, puluhan tahun yang lalu, para pendiri bangsa termasuk Soekarno, Gandhi, bahkan Mao Tse Tung berupaya memformulasikan gagasan sebuah bangunan/tatanan masyarakat dengan satu kata: nasionalisme. Sedangkan kegagalan dan berhasilnya gagasan kebangsaan yang mereka tawarkan, sejarah yang akan melakukan evaluasi dan generasi penerus berhak merefleksikannya.

Gus Dur memberikan komentarnya pada sebuah partai politik yang mengusung agama Islam sebagai landasan bernegara (baca: PKS), bahwa saat ini, di tubuh partai itu telah terjadi gesekan idologis untuk mengusung gagasan ke-Islam-an menuju konsep kenegaraan, ataukah nasionalisme yang membawa Islam mewarnai bangunan kenegaraan Indonesia. Hal yang patut disoroti dari fenomena tersebut adalah semangat untuk tetap mendialogkan kepentingan politik dalam bingkai pluralitas –dari sebuah partai yang dicap fundamentalis– yang memang menjadi kegelisahan beberapa politisi di negeri ini.

Jika melihat kasus Ahmadiyah yang mengalami diskriminasi, UUD 1945 sebenarnya telah menjamin hidup dan harkat kelompok minoritas yang tumbuh dan berkembang di Indonesia. Ketertindasan kelompok minoritas di Indonesia saat ini adalah suatu cerminan kurangnya dialog antarbudaya dalam bingkai nasionalisme. Lain dengan negara Jepang. Di sana kaum lesbian, gay, dan homoseks bisa melangsungkan pernikahan tanpa melalui proses verifikasi sosial terlebih dahulu. Semangat nasionalisme telah berhasil mengakomodasi perbedaan budaya, agama, gender, dan menjadi jembatan sosial yang jernih. Dialog sudah tercipta di sana.

Akhir perjumpaan di Wahid Institute, Taman Amir Hamzah, Jakarta, Gus Dur mengingatkan pada segenap komponen bangsa Indonesia untuk terus mengupayakan dialog dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa.Futomo

Gus Dur Mania

Mania adalah bahasa Inggris, artinya keranjingan. "Soccer mania" artinya keranjingan sepak bola; "Tyson mania" artinya keranjingan Mike Tyson. Konotasi mania tidak negatif.

Tapi awas, jangan samakan dengan maniac (juga bahasa Inggris). Maniac artinya orang gila, jadi sangat berbeda maknanya dengan mania. Lantas, Gus Dur mania? Artinya keranjingan terhadap Presiden Gus Dur. Awas, jangan diplesetkan Gus Dur Mania menjadi Gus Dur Maniac, nanti urusannya panjang. Orang yang tidak suka boleh bilang apa saja, tapi kenyataannya Presiden Gus Dur kini kelihatannya, memiliki segalanya. Legitimasi, popularitas, simpati, dan juga respektabilitas. Dan hebatnya, Gus Dur tidak hanya populer di dalam negeri, tetapi juga di luar negeri. Paling tidak sampai dengan saat ini.

Setuju atau tidak, para pemimpin dunia dewasa ini merasa ketinggalan apabila belum dikunjungi atau bertemu dengan Presiden Abdurrahman Wahid yang populer dipanggil Gus Dur itu. Mereka memimpikan pertemuan dengan Gus Dur dan merasakan sentuhan kemanusiaannya yang sangat mendalam, tidak seperti pertemuan dengan kepala negara lain, yang sebagaimana biasanya, formal, kaku, penuh basa-basi, dengan keprotokolan sangat ketat, dan seterusnya. Dengan Presiden Abdurrahman Wahid, Bill Clinton, Presiden Amerika Serikat dan pemimpin-pemimpin negara Eropa, Asia, dan sebagainya, bisa berbicara dalam suasana yang cair, rileks, dan merasakan bahwa mereka, penguasa-penguasa di negerinya itu adalah manusia biasa, bukan manusia super atau robot.

Presiden Abdurrahman Wahid memang belum berhasil menyelesaikan segantang permasalahan dalam negeri, karena hampir seluruhnya permasalahan kiriman (seperti juga banjir kiriman) dan berat-berat. Tetapi bagaimanapun Gus Dur telah berhasil menjadikan panggung politik Indonesia dinamis dan merangsang laksana sebuah pertunjukan teater.

Masyarakat kini semakin terbiasa dengan gaya Presiden Gus Dur, humoristik dan cuek. Publik memang tidak bisa memaksa presidennya untuk mengikuti kebiasaan-kebiasaan yang belum tentu betul, sebaliknya publiklah yang harus menyesuaikan diri dengan kebiasaan presidennya, khususnya dalam kasus Gus Dur. Tidak ada yang memaksa kita harus menerima, namun apa yang diperlihatkan dan diperbuat oleh Gus Dur telah menumbuhkan kesadaran baru. Desakralisasi istana, presiden yang ringan untuk berbicara, presiden yang mudah ditemui, semuanya merupakan nuansa baru yang diusung Gus Dur ke Istana Merdeka.

Anda tahu vaksinasi atau pemberian vaksin kepada anak-anak? Orang yang tidak mengetahui prinsip-prinsip vaksinasi akan menganggap perbuatan itu sia-sia. Sebab anak yang diberi vaksin biasanya akan demam. Lantas orang akan bilang, anak sehat kok dibuat sakit. Tetapi yang terjadi sebenarnya adalah kekebalan tubuh si anak terhadap suatu penyakit dibentuk dengan pemberian vaksin tersebut. Vaksin adalah bibit penyakit yang telah dilemahkan yang dimasukkan ke dalam tubuh si anak, baik melalui suntikan maupun tetesan di mulut. Tubuh si anak akan memberikan reaksi terhadap bahaya yang sengaja diciptakan itu dengan membentuk pertahanan tubuh yang kuat. Pertahanan tubuh yang terbentuk itu disebut antibodi dan antibodi ini akan menyebabkan tubuh kebal terhadap penyakit tertentu.

Barangkali, prinsip itulah yang dipakai oleh Presiden Gus Dur, disengaja atau tidak. Gus Dur memberikan dosis vaksin yang maksimal kepada masyarakat, sehingga kita memberikan reaksi yang keras. Gus Dur selalu memberikan kondisi yang ekstrim kepada masyarakat yang menyebabkan kita terkaget-kaget. Tapi akibat treatment ala Gus Dur ini, masyarakat memiliki kekebalan. Masyarakat tidak lagi mudah shock menghadapi permasalahan yang muncul karena kita telah terlatih menghadapi kondisi yang jauh lebih buruk.

Gus Dur tidak menggunakan gaya bahasa eufemisme, tapi langsung menukik ke jantung. Terhadap sesuatu yang buruk misalnya, Gus Dur tidak mengatakannya kurang baik, tetapi langsung mengatakan amat sangat buruk. Komentar-komentarnya orisinil. Coba lihat, ketika wartawan menanyakan langsung kepada Gus Dur mengapa terlalu cepat berkunjung ke RRC, Gus Dur langsung menjawab di luar dugaan, "Apa salahnya berkunjung ke RRC?" Jaya Suprana menggugat Gus Dur sebagai presiden yang terlalu banyak melawak, Gus Dur malah bilang, "Saya ini pelawak, tetapi dipilih jadi presiden."

Agaknya karena belum terbiasa dengan jawaban-jawaban seperti itu, masyarakat Riau marah besar ketika Gus Dur bilang, "Riau mau merdeka, Riau itu tidak ada apa-apanya." Orang langsung naik darah dan tidak mau lagi menyimak kalimat-kalimat Gus Dur berikutnya. Harusnya waktu itu orang Riau bilang, "Memangnya gue pikirin".

Dulu kita memang dibiasakan dengan kehidupan yang steriL SARA misalnya, tabu untuk dibicarakan perbedaan pendapat jangan dipelihara karena itu akan merusakkan sendi-sendi persatuan dan kesatuan, unjuk rasa dilarang karena dapat mengganggu stabilitas, begini rawan, begitu rawan, dan seterusnya. Tetapi lihatlah apa yang terjadi, kehidupan yang steril sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan. Masyarakat sangat mudah diprovokasi. Masalah demi masalah muncul satu demi satu dan berat-berat. Masalah kecil saja bisa memicu kerusuhan.

Kalau kita coba berempati, berimajinasi berdiri di posisi Gus Dur sekarang, barangkali kita akan mati tegang berdiri menghadapi perilaku masyarakat yang cenderung aneh dan segunung permasalahan yang ada. Hari ini aspirasi disampaikan, hari ini juga harus terkabul, bahkan kalau bisa kemarin sudah terpenuhi. Tidak usah jauh-jauh mengatasi harga gabah saja sudah repot, petani minta harga gabah dinaikkan, tapi bila harga gabah dinaikkan ibu-ibu konsumen di kota akan berdemo karena harga beras akan naik. Coba, andai Anda jadi Gus Dur, bagaimana jalan keluarnya? Orang Selat Panjang barangkali akan bilang, "Jangan beli beras, beli saja sagu, begitu saja kok repot?"

5 Alasan kenapa mendukung Gus Dur

Banyak hal menarik yang kita dapat ketika menggunakan kata kunci Gus Dur di beberapa mesin pencari. Contohnya dari Om Gugel, ada sekitar 794.000 hasil penelusuran untuk kata kunci tersebut...gusdur

Sementara itu, rivalnya dengan kata kunci Habib Rizieq hanya memperoleh sekitar 65.600 hasil penelusuran...habibrizieq

Selisih hasil penelusuran yang sangat besar ini membuktikan betapa cintanya kita dengan Gus Dur. Bahkan kita masih lebih mencintai Cinta Laura sang Hiperbola dibanding Habib Rizieq. Kata kunci Cinta Laura mempunyai sekitar 396.000 hasil penelusuran...cinlau

Bukankah sudah jelas pemenang dari perseteruan antara habib dan Gus dur ini? Sang habib saja bahkan tidak bisa mengalahkan Cinta Laura.

Untuk lebih meyakinkan hasil dari perseteruan antara kedua orang hebat tersebut, akan saya berikan 5 alasan sebagai bahan pertimbangan kenapa kita harus mendukung Gus Dur.

1. Gus dur itu buta dan telah 2 kali terkena stroke

Gus dur memang tidak bisa melihat(buta), akan tetapi apakah anda pernah mempertanyakan kenapa dia masih menggunakan kaca mata? Nah disitulah kesalahan anda, kaca mata Gus Dur itu terkoneksi dengan indra ke enamnya sehingga dia bisa melihat apa apa yang tidak bisa kita lihat. Bahkan dia bisa mengetahui suatu kejadian sebelum kejadian tersebut terjadi. Kata yang paling cocok untuk kemampuan Gus Dur ini adalah, Hebat! Dan konon katanya Deddy Corbusier pernah meminjam kacamata beliau untuk menebak hasil Euro 2008. Wajar kan, Kenapa Deddy marah ketika sang pakar telematika ber inisial RS mencampuri urusannya? Sementara itu Habib Rizieq bisa melihat seperti orang normal. Tidak ada istimewanya. Karena saya pribadi pun bisa melihat seperti orang normal. Seperti halnya orang normal yang lain, cendrung biasa2 aja,..

Gus dur pernah terkena Stroke 2 kali. Bayangkan! 2 kali!! Kurang hebat apa pula beliau ini? Walau pun ada perbedaan tipis antara cobaan dan siksaan, tapi beliau berhasil melewatinya. Walau pun memang orang yang terkena stroke 2 kali biasanya banyak syaraf yang tidak terkoneksi dengan baik, beliau masih sanggup mengangkat bendera perang ke rivalnya untuk membela yang menurutnya benar. Sementara itu Habib Rizieq tidak punya penyakit apa2. Hal ini menimbulkan sedikit keraguan tentang kedekatannya dengan yang maha pencipta. Plus, dari mana pula kita bisa tau Habib ini memang hebat kalo dia tidak menunjukkan hal2 yang tidak wajar seperti yang di lakukan Gus Dur?

2. Gus dur Sekutu Yahudi

Masih ingat apa yang pernah dikatakan Michael Coreleone di Film Godfather? “Keep your friends close, but your enemies closer“, Gus dur menerapkan hal tersebut dengan baik. Berikut saya kutip dari situs eramuslim.com

Awal Mei 2008, Abdurrahman Wahid terbang ke Amerika serikat memenuhi undangan Simon Wiesenthal Center (SWC), sebuah LSM Zionis garda terdepan di AS. SWC akan menganugerahkan Medal of Valor, Medali Keberanian, buat Durahman yang dianggap sangat berani membela kepentingan Zionis di sebuah negeri mayoritas Muslim terbesar dunia bernama Indonesia.

Dikutip dari sini

Bayangkan kedekatan Gus Dur dengan orang Yahudi. Hal ini sudah tentu tidak bisa dilakukan oleh Habib Riezieq yang cendrung emosional dan normal. Ini merupakan salah satu kesalahan dari sang Habib yang tidak mau belajar dari film Godfather seperti halnya yang dilakukan Gus Dur. Tidak hanya itu, Gus dur benar2 memanfaatkan kemampuan tidak bisa melihatnya dengan baik dan benar. Saya kutip lagi dari eramuslim.com

..Durahman menyatakan bahwa kepergiannya ke AS selain untuk menerima penghargaan tersebut juga akan merayakan seklaigus mengucapkan selamat atas kemerdekaan negara Israel ke-60. Durahman bukannya tidak tahu jika kemerdekaan Israel merupakan awal dimulainya teror, pembunuhan, pemerkosaan, pengusiran yang dilakukan teroris Zionis Yahudi terhadap ratusan ribu hingga jutaan warga Palestina yang sampai detik ini masih jutaan jumlahnya yang menjadi pengungsi di negeri-negeri sekitar tanah airnya. Tapi Durahman telah memilih posisi sebagai sekutu Zionis-Israel, bukan Palestina.

Dikutip dari sini

Hebat bukan? Hanya Gus Dur yang bisa melakukan hal ini. Karena Habib dan seperti orang pada umumnya, semua mempunyai keterbatasan terhadap kemampuannya. Yaitu mereka bisa melihat.

3. Gus Dur akan membubarkan FPI dan Mendukung Ahmadiyah.

Siapa yang tidak senang kalo FPI dibubarkan? Organisasi yang mendewakan kekerasan atas nama agama ini memang sudah sepatutnya dibubarkan. Gila aja, saya keberatan kalo kesenangan saya terganggu oleh Organisasi ini. Sejak tahun 1999, saya tidak bisa bebas melakukan apa2 yang membuat saya senang karena adanya Organisasi ini. Saya jadi takut dipukulin kalau pergi ke diskotik, tempat maksiat dan tempat untuk mabuk2an. Apalagi kalau hal ini saya lakukan di bulan puasa. Bisa mampus saya,.. Saya mendambakan ada organisasi lain seperti FPI ini tapi tidak dengan kekerasan. Dengan begitu, saya bisa tetap pergi ketempat tersebut tanpa takut terluka secara fisik. Nah apabila saya tertangkap oleh organisasi semacam ini, palingan saya akan dinasehati dan mendengar ceramah organisasi ini beberapa jam. Setelah itu saya punya hak penuh untuk tidak membiarkan mereka menjauhkan saya dengan kesenangan saya. Ah,.. indahnya Indonesia tanpa FPI,.. Hal ini membuat saya yakin dengan Gus Dur. Dengan bantuannya untuk membubarkan FPI, maka negara kita jadi terbebas dari kekerasan dan kontrol sosial yang meng-atas-namakan agama.

Akan tetapi, untuk hal diatas benar2 terwujud, kita juga harus mendukung Ahmadiyah. Sama seperti yang Gus Dur lakukan, karena kita tidak pernah tau kan? kalau ternyata organisasi seperti FPI ini bisa di gantikan oleh organisasi dari Ahmadiyah. Dimana kita akan dilarang melakukan ini itu tanpa kekerasan?

4. Gus Dur membuat kita sehat.

Anda pasti akan tertawa setiap mendengar statementnya. Ntah itu di TV, Radio, Media Cetak dan di situs2 internet. Nah berikut beberapa contoh yang saya kutip dari situs febdian.net

Contoh 1: *After Gus Dur was appointed President and Megawati Sukarnoputri Vice President last year, Wahid said in front of an open microphone: “This is an ideal team–the President can’t see and the Vice President can’t talk.”* Bila saya terjemahkan secara bebas, lelucon tersebut kira-kira begini: setelah Gus Dur diangkat menjadi presiden dan Megawati sebagai wakil presidennya tahun lalu, Wahid berbicara di mikrofon: “Ini adalah sebuah tim yang ideal— Presidennya tak bisa melihat dan wakilnya tak bisa bicara.”

Contoh 2: Saat ngobrol-ngobrol santai dengan para wartawan, di rumahnya JL Warung Silah Ciganjur, Kamis siang, Gus Dur melontarkan lelucon soal polisi. Lelucon yang sebenarnya juga kritikan itu dilontarkannya menjawab pertanyaan wartawan perihal moralitas polisi yang kian banyak dipertanyakan.“Polisi yang baik itu cuma tiga. Pak Hugeng almarhum bekas Kapolri, patung polisi dan polisi tidur,” selorohnya. Informasi penting yang saya dapat katakan dari contoh 2 ini adalah bahwa: dalam membuat lelucon diperlukan pengetahuan hasil pengalaman dan pengamatan yang cermat

Contoh 3: ini cerita Gus Dur beberapa tahun yang lalu, sewaktu jaman orde baru. Cerita tentang sayembara menebak usia mumi di Giza, Mesir. Puluhan negara diundang oleh pemerintah Mesir, untuk mengirimkan tim ahli paleoantropologinya yang terbaik. Tapi, pemerintah Indonesia lain dari yang lain, namanya juga jaman orde baru yang waktu itu masih bergaya represif misal banyaknya penculikan para aktivis. Makanya pemerintah mengirimkan seorang aparat yang komandan intel. Tim Perancis tampil pertama kali, membawa peralatan mutakhir, ukur sana ukur sini, catat ini dan itu, kemudian menyerah tidak sanggup. Pakar Amerika perlu waktu yang lama, tapi taksirannya keliru. Tim Jerman menyatakan usia mumi itu tiga ribu dua ratus tahun lebih sedikit, juga salah. Tim Jepang juga menyebut di seputar angka tersebut, juga salah. Giliran peserta dari Indonesia maju, Pak Komandan ini bertanya pada panitia, bolehkah dia memeriksa mumi itu di ruangan tertutup. “Boleh, silahkan,” Jawab panitia. Lima belas menit kemudian, dengan tubuh berkeringat Pak komandan itu keluar dan mengumumkan temuannya kepada tim juri. “Usia mumi ini lima ribu seratus dua puluh empat tahun tiga bulan tujuh hari,” Katanya dengan lancar, tanpa keraguan sedikit pun. Ketua dan seluruh anggota tim juri terbelalak dan saling berpandangan, heran dan kagum. Jawaban itu tepat sekali! Bagaimana mungkin pakar dari Indonesia ini mampu menebak dengan tepat dalam waktu sesingkat itu? Hadiah pun diberikan. Ucapan selamat mengalir dari para peserta, pemerintah Mesir, perwakilan negara-negara asing dan sebagainya dan sebagainya. Pemerintah pun bangga bukan kepalang. Menjelang kembali ke Indonesia, Pak komandan dikerumuni wartawan dalam dan luar negeri di lobby hotel. “Anda luar biasa,” kata mereka. “Bagaimana cara anda tahu dengan persis usia mumi itu?” Pak komandan dengan enteng menjawab, “saya gebuki, ngaku dia.”

Dikutip dari sini

Nah kalau tertawa tidak membuat anda sehat, berarti anda memang tidak punya kemampuan untuk jadi pendukungnya Gus Dur. Sementara, Habib rivalnya Gus Dur ini selalu punya statement serius yang masuk akal dan tajam. Atau dengan kata lainnya, sangat2 membosankan,..

5. Gus Dur itu kontroversial

Tidak bisa di pungkiri lagi. Beliau memang seperti itu. Konon katanya Eminem saja belajar dari beliau. Anda tentu tau sama Eminem bukan? Rapper kulit putih yang berjaya di dalam permainannya orang kulit hitam? Dan konon juga katanya, kalau mau sukses itu kita harus mampu berfikir beda. Ya! Berfikir seperti Gus Dur. Gus Dur sudah menerapkan hal ini sudah lama. Sehingga hal ini bisa memposisikannya sebagai orang yang ahli kontroversi. Jadi kita perlu belajar lebih banyak dari dia. Beda dengan rival nya yang mengambil mentah2 semua ajaran dari buku agamanya. Ah rivalnya memang orang yang membosankan,..

Jadi tunggu apa lagi?? Mari kita mendukung orang hebat seperti Gus Dur ini!!

Lagi-lagi Ulah Hasyim Muzadi membawa NU kian Terpuruk. Jatim Terbentur, NU Babak Belur


R Ferdian Andi R

INILAH.COM, Jakarta – Kontroversi Pemilihan Gubernur Jawa Timur segera berakhir melalui putusan Mahkamah Konstitusi yang diumumkan Selasa (2/12). Siapa pun yang akan diumumkan sebagai pasangan pemenang, Nahdlatul Ulama tetap menjadi pihak yang menanggung kerugian. Mengapa?

Secara institusi (jami’yyah) maupun kultural (jamaah), selama hampir setahun ini warga nahdliyin di Jawa Timur telah terbelah-belah oleh kepentingan para elitnya. Tak hanya kepentingan elit politik, tapi juga oleh kepentingan elit pimpinan ormasnya. Inikah isyarat runtuhnya kesaktian NU di basis dan tempat kelahirannya?

Dalam pilkada Jatim beberapa waktu lalu, warga NU terbelah menjadi dua kekuatan besar, antara pemilih pasangan Soekarwo-Syaifullah Yusuf (KarSa) dan pasangan Khofifah Indar Parawansa-Mudjiono (KaJi). Bila KarSa mendapat dukungan kalangan kyai sepuh dan kharismatik, pasangan KaJi mendapat sokongan penuh NU struktural tak terkecuali Muslimat, organisasi yang dipimpin Khofifah Indar Parawansa saat ini.

Aksi saling dukung dan berebut pengaruh antarwarga NU dalam Pilkada Jatim muncul dengan gamblang ketika mereka menaggapi hasil perhitungan cepat yang memenangakan pasangan KaJi. Argumen masing-masing kelompok, baik yang mendukung KarSa dan KaJi, pun beragam.

Jika masyarakat memilih KaJi misalnya, maka gubernurnya adalah orang NU. Namun sebaliknya, jika memilih pasangan KarSa, wagubnya adalah juga orang NU. Memang, baik Syaifullah Yusuf maupun Khofifah Indar Parwansa adalah kader NU. Khofifah adalah Ketua PP Muslimat, sedangkan Syaifullah Ketua PP GP Ansor. Dua-duanya badan otonom (Banom) di bawah NU.

Ketua Umum PBNU KH Hasyim Muzadi tanpa sungkan-sungkan juga turut aktif mendukung pencalonan Khofifah sebagai cagub Jatim. Alasannya, Khofifah membidik gubernur, bukan wagub seperti Syaifullah. Sesederhana itukah?

Dalam pandangan Direktur Ekskeutif Lembaga Survei dan Kajian Nusantara (Laksnu) Gugus Joko Waskito kisruh pilkada Jatim menjadi bukti bahwa kyai NU lebih asyik menikmati ‘berkah’ dari komparador politik daripada mengurus warga NU. “NU secara struktur terlena oleh pragmatisme politik dan lebih asyik menikmati gizi para kompador politik,” kata Gugus kepada INILAH.COM, Senin (1/12) di Jakarta.

Kondisi Pilkada Jatim mengingatkan nasib NU di Pilpres 2004. Kenaikan Ketua Umum PBNU Hasyim Muzadi menjadi pasangan Megawati Soekarnoputri sebagai cawapres juga tak jauh beda dengan kondisi NU Jatim pasca Pilkada 4 November lalu. Saat Pilpres 2004, jaringan struktur NU bergerak untuk memenangkan pasangan Mega-Hasyim. Meski, lagi-lagi NU menjadi korban ambisi politik Hasyim. NU terjerumus dalam politik praktis.

Atas kondisi ini pun, Ketua Syuriyah PBNU KH Sahal Mahfudz mengungkapkan bahwa KH Hasyim Muzadi tak ubahnya sebagai Ketua Partai NU, bukan Ketua PBNU.

Padahal jika melihat kondisi obyektif NU di Jawa Timur saat ini, petani sedang sulit-sulitnya mencari pupuk. Para buruh yang mayoritas warga NU tak lama lagi terancam PHK. Para anggota muslimat NU pun tak sedikit yang mengadu nasib di negeri jiran. “Tapi elit NU kultural dan struktural diam seribu bahasa,” cetus Gugus yang juga alumnus PTIQ Jakarta.

Kondisi NU Jatim menjadi tolok ukur NU secara nasional, karena Jawa Timur adalah basis warga bintang sembilan. Pilpres 2004 dan Pilkada Jatim 2008 harus menjadi bahan renungan bagi elit NU dan warga NU.

Pragmatisme politik segelintir elit NU harusnya tak mengorbankan modal kultural yang telah dibina oleh NU sejak 82 tahun lalu. Dua momentum politik tersebut harus mampu diterjemahkan dalam Muktamar NU pada akhir 2009 dengan merombak total paradigma NU dalam politik, baik lokal maupun nasional. [P1]

Cetro: Fatwa Haram Golput Picu Kontroversi


Hestiana Dharmastuti - detikNews

Jakarta - Fatwa haram golput yang dilontarkan Ketua MPR Hidayat Nur Wahid dinilai tidak diperlukan. Parpol dan caleg justru harus menggenjot penyadaran antigolput.

"Tidak perlu fatwa haram golput dibuat. Itu akan menimbulkan kontroversi," kata Direktur Centre for Electoral Reform (Cetro) Hadar N Gumay kepada detikcom, Sabtu (13/12/2008).

Dikatakan dia, secara legal, dalam konstitusi disebutkan bahwa memilih adalah hak dan bukan kewajiban.

"Jadi berbeda dengan beberapa negara seperti di Australia, Skandinavia dan Amerika Latin, mendaftar wajib dan memilih wajib. Kita tidak demikian. Kalau ada fatwa haram, golput akan terkesan pemaksaan makanya tidak perlu fatwa haram," papar dia.

Menurut Hadar, parpol dan caleg menata diri dan mengajak orang tidak bergolput dengan menunjukkan pemilu itu penting.

Selain itu, lanjut dia, kampanye parpol dan caleg harus penuh dengan gagasan yang realistis bukan kebohongan. "Kampanye jangan yang ngibul tetapi riil. Kalau ngibul nanti malas orang," cetus pria berkacamata ini.

Hadar menilai, fatwa haram golput dapat melemahkan lembaga yang mengeluarkan fatwa itu.

"Dampaknya ada namun terbatas. Di mata publik bisa bermasalah, lembaga itu nanti bisa dinilai tidak paham mengenai posisi memilih masyarakat Indonesia secara hukum," kata Hadar.

Hidayat menyarankan agar dibuat fatwa antara MUI, NU dan Muhammdiyah agar mengeluarkan fatwa haram bagi golput. Hal itu diperlukan karena saat ini banyak masyarakat yang apatisme terhadap pemilu.(aan/ken)

Pengharaman Golput Meninabobokan Parpol dan Penyelenggara Pemilu

Elvan Dany Sutrisno - detikNews

Jakarta - Wacana untuk mengharamkam golput yang dilontarkan mantan Presiden PKS Hidayat Nur Wahid terus menuai kritik. Gagasan itu dinilai akan menyebabkan masalah golput tidak terselesaikan.

"Golput bukan untuk diharamkan tapi diselesaikan," kata Ketua DPP PAN Sayuti Asyathri, Sabtu (13/12/2008).

Menurut Sayuti, seharusnya semua pihak terus melakukan berbagai cara untuk meminimalisir angka golput. Salah satunya dengan memperjelas aturan dan mekanisme pelaksanaan pemilu.

"Kalau diharamkan masalah golput tidak akan selesai. Dan ini hanya akan meninabobokan parpol dan penyelenggara pemilu," ungkap Sayuti.

Dalam sebuah kesempatan Hidayat Nur Wahid mengusulkan agar MUI dan organisasi massa (ormas) Islam seperti NU dan Muhammadiyah, mengeluarkan fatwa haram. Menurut Hidayat, fatwa itu diperlukan karena saat ini banyak masyarakat yang apatisme terhadap pemilu.(djo/djo)

Agung Tak Setuju Fatwa Golput Haram


Dewi Adhitya S Koesno

INILAH.COM, Jakarta - Memilih dalam pemilu bukanlah kewajiban, melainkan hak. Itu sebabnya Ketua DPR Agung Laksono tidak setuju jika ada fatwa golput haram.

"Saya tidak setuju, karena pemilu bukan kewajiban. Dalam UU kita, tidak ada kewajiban. Saya hanya berdasar UU saja," kata Agung di Gedung DPR, Jakarta, Jumat (12/12).

Usulan dikeluarkannya fatwa golput haram mencuat dari Ketua MPR Hidayat Nurwahid. Tujuannya untuk menyadarkan umat agar menggunakan hak pilih. Terserah partai mana saja yang dipilih. Sebab peran umat memilih dalam Pemilu 2009 dianggap sangat penting.

"Tapi menurut saya keliru. Karena pemilu adalah hak dan asasi manusia. Itu sifatnya imbauan dan anjuran. Kita lebih baik jangan memvonis mereka yang golput. Harus introspeksi. Mungkin kelakuan dari parpol atau tokoh-tokohnya yang harus kita perbaiki," pungkas Agung.[sss]

Hidayat Tiru Cara Soeharto


Abdullah Mubarok

INILAH.COM, Jakarta - Fatwa golput haram yang diusulkan Hidayat Nur Wahid dianggap keliru. Mantan Presiden PKS itu bahkan dinilai telah meniru cara kepemimpinan mantan Presiden Soeharto.

"Dulu Ketua MUI-Soeharto bilang haram bila tidak memilih, memilih Golkar tentu maksudnya. Jangan-jangan nanti ada fatwa haram bila tidak memilih PKS," cetus capres independen Fadjroel Rahman melalui SMS kepada INILAH.COM, Jakarta, Sabtu (13/12).

Usulan Hidayat agar MUI, NU dan Muhammadiyah menjadi pihak yang bersama-sama mengeluarkan fatwa golput haram dinilai Fadjroel tidak proporsional. Sebab Hidayat mengaitkan golput dengan keyakinan agama.

"Hidayat mesti mencabut usulan fatwa haram terhadap golput. Golput adalah hak konstitusional warga negara, hak memilih untuk tidak memilih," ujar Fadjroel.

Meskipun Hidayat bertujuan untuk menyadarkan umat agar mengunakan hak pilihnya dalam menyukseskan Pemilu 2009, tetapi bagi Fadjroel, tetap saja usulan tersebut tidak sejalan dengan hak konstitusional warga negara.

"Jadi melarang golput, apalagi mengharamkannya, akan melanggar hak demokrasi Indonesia," pungkas Fadjroel.[bar/sss]

'Golput Haram Itu Fatwa Sesat'


Windi Widia Ningsih
INILAH.COM, Jakarta - Usulan agar fatwa golput haram dari mantan Presiden PKS Hidayat Nur Wahid menuai kritik. Bahkan fatwa tersebut dinilai menyesatkan. Sebab UU saja tidak mewajibkan memilih dalam pemilu.

"Kalau kondisi politik tidak kondusif, parpol tidak amanah, dan tiba-tiba ada fatwa untuk wajib memilih dalam pemilu, saya kira itu fatwa yang sesat," kata Direktur Eksekutif IndoBarometer M Qodari.

Hal ini disampaikan dia usai diskusi 'Evaluasi dan prediksi bidang hukum dan politik' di Warung Daun, Jakarta, Sabtu (13/12). Menurut Qodari, memilih itu merupakan hak warga negara, bukan suatu wajiban yang harus difatwakan.

"Dalam konteks UU di Indonesia, mencoblos adalah hak, bukan kewajiban kita. Tidak seperti di negara lain, seperti Australia yang mewajibkan orang untuk memilih," ujarnya.

Masyarakat, lanjut Qodari, tidak bisa dipaksa untuk memilih. Kalau masyarakat percaya pada sistem demokrasi dan puas dengan parpol, tidak ada fatwa pun masyarakat pasti akan memilih.

"Biarlah urusan golput itu diatur dalam hukum ketatanegaraan. Jangan masuk pada hukum agama," pungkasnya.[win/sss]

PKB Digoyang Spanduk Pro Gus Dur





Digembosi Gus Dur, Nyali Imin Ciut



R Ferdian Andi R
INILAH.COM, Jakarta – Berbulan-bulan jadi musuh politik, Muhaimin Iskandar tiba-tiba melansir nama Gus Dur sebagai kandidat calon presiden yang akan diusung PKB. Sayangnya, sebagian analis politik menilai, langkah 'konsolidasi' ini membuktikan Cak Imin takut digembosi Gus Dur.

Secara legal formal, konflik PKB sudah berakhir di pengadilan. Namun implikasi politisnya tampak masih menyemburkan aura yang tidak kecil. Prediksi hasil survei lembaga survei yang menempatkan PKB melorot di urutan ke bawah tampaknya menyiutkan nyali para petinggi PKB, termasuk Imin. Apalagi, Gus Dur, jauh-jauh hari menyerukan untuk tidak memilih alias golput dalam Pemilu 2009.

Kini, tak ada angin, tak ada petir, apalagi hujan, Ketua Umum DPP PKB itu menyebutkan nama Gus Dur sebagai salah satu nominator capres versi PKB. “Memang ada sejumlah nama yang muncul sebagai alternatif capres dari PKB, termasuk tokoh pendiri PKB, KH Abdurrahman Wahid,” kata Imin kepada INILAH.COM di Jakarta, Selasa (23/12).

Inikah sinyal ciutnya nyali Muhaimin? Ataukah ini sinyal positif bagi rekonsiliasi PKB? Pemerhati politik Fachry Ali menilai, pernyataan pencalonan Gus Dur memiliki dua makna sekaligus. Menurut dia, Muhaimin tampak ciut nyali atas gerakan Gus Dur dalam proses penggembosan PKB dengan pernyataan seruan golput kepada massanya.

“Yang jelas, Muhaimin tampak ciut nyalinya. Karena itu, dia memasukkan Kyai Abdurrahman Wahid agar menarik pendukungnya kembali,” cetusnya.

Selain itu, Fachry menilai makna pernyataan Muhaimin juga berdampak pada ajakan rekonsiliasi PKB versi Muhaimin dengan PKB versi KH Abdurrahman Wahid. “Itu juga menjadi sinyal rekonsiliasi di tubuh PKB,” kata alumnus IAIN Syarif Hidayatullah tersebut.

Kekhawatiran Muhaimin atas masa depan PKB memang tampak beralasan. Dalam survei LSI pada November lalu, misalnya, PKB hanya akan memperoleh dukungan 4,6% suara jika pemilu dilaksanakan saat survei berlangsung. Padahal, jika merujuk hasil pemilu 2004 lalu, PKB menjadi tiga partai politik terbesar dengan memperoleh 10,57%.

Kondisi demikian semakin diperparah dengan eksistensi Gerakan Kebangkitan Rakyat (Getara) yang baru dideklrasikan awal Desember lalu yang diyakini sebagai alat penggembos kekuatan PKB kubu Muhaimin. Maka tak aneh, jika intensitas kehadiran Yenni Wahid ke Jawa Timur cukup sering. Konon, kehadiran Yenni di basis PKB tersebut tak lain untuk menggembosi suara PKB versi Muhaimin.

Secara terpisah, anggota Dewan Syura DPP PKB Anisa Mahfudz menilai, pernyataan Muhaimin dengan menyebutkan Gus Dur sebagai capres dari PKB tak lain adalah bentuk kepanikan Muhaimin dalam menghadapi Pemilu 2009. “Imin ciut nyali dan berusaha menggaet pendukung Gus Dur,” katanya.

Perempuan asal Malang, Jawa Timur ini menyebutkan, selama ini Muhaimin selalu mengklaim bahwa dirinya telah melakukan koordinasi dengan Gus Dur. “Imin kemana-mana menjual nama Gus Dur. Bahwa dirinya telah berkoordinasi dengan Gus Dur dan lain-lain,” tegasnya.

Kondisi demikian, Annisa menilai, membawa Muhaimin mulai membuka mata bahwa dirinya hanya membawa gerbong kosong saja. “Tapi tidak ada penumpangnya,” tegasnya bertamsil.

Lebih dari itu, Anisa menyebutkan, situasi seperti saat ini semakin menegaskan, bahwa penumpang PKB sejatinya lebih memilih Gus Dur karena jelas trayek dan tujuannya. “Gus Dur jelas-jelas jujur pada umatnya,” ujarnya. [I4]

Gus Dur: Boikot Caleg PKB Imin


Dewi Adhitya S Koesno
INILAH.COM, Jakarta – Perseteruan antara Ketua Dewan Syuro PKB KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur dengan Ketua Dewan Tanfidz PKB Muhaimin Iskandar tak pernah pernah. Bahkan Gus Dur menyerukan kepada pendukungnya agar tidak memilih keponakannya itu.

“Bahwa DPP PKB dalam waktu dekat akan menyelenggarakan Muspimnas dengan agenda pokok konsolidasi internal dan membahas mekanisme boikot terhadap caleg PKB yang diajukan Muhaimin Iskandar pada Pemilu 2009,” ujar Gus Dur dalam keterangan persnya di PBNU, Jakarta, Kamis (25/12).

Alasan pemboikotan itu, lanjut Gus Dur, karena selama ini Muhaimin yang kerap disapa Cak Imin kerap memalsukan keterangannya terkait status PKB.

"Keterangan bahwa saya dianggap sudah keluar dari PKB, dan tidak lagi diperlukan

persetujuan saya untuk pencalonan keanggotaan DPR-RI, tentu saja hal itu melanggar

AD/ART. Sedangkan DPP PKB telah menetapkan pencalonan DPR-RI diserahkan ke saya," papar mantan Ketua PBNU ini.

Muhaimin, jelas Gus Dur, sering menyampaikan hal tersebut dalam pidatonya

di beberapa tempat. "Jadi mereka ini rupanya membuat siasat bahwa mereka menganggap saya penting, padahal tidak," kata suami Shinta Nuriyah ini.

Gus Dur juga menyatakan, perkataan Muhaimin tersebut adalah tindakan bohong dan dusta. "Karena kami tidak pernah membicarakannya atau bertemu untuk membahas itu," jelas mantan presiden ini.

Pada kesempatan yang sama, Gus Dur juga menyebarkan selebaran perintah hariannya

kepada wartawan. Disebutkan bahwa berdasarkan keputusan MA nomor 506/PDT.Sus/2008, hingga saat ini kepengurusan PKB yang sah adalah hasil Muktamar II di Semarang (Kubu Gus Dur).

Sedangkan Muktamar Ancol (Kubu Muhaimin) dinyatakan memanipulasi informasi dengan mengatakan kepengurusan PKB-nya sah.[tha/jib]

Garda Bangsa Sepakat Gembosi Suara PKB di Pileg 2009

suarasurabaya.net| Garda Bangsa sepakat ‘gembosi’ suara PKB dalam pemilihan legislatif 2009. Bahkan, kalau perlu sampai 0%. Demikian disampaikan CAMELIA PUJI ASTUTI Ketua Umum Dewan Koordinasi Nasional Garda Bangsa dalam jumpa pers di kantor PKB Jl Darmo Surabaya, Senin (12/01).

Mengacu pada hasil pertemuan Forum DKW Garda Bangsa se-Indonesia yang dilaksanakan Minggu (11/01) malam, mereka sepakat memboikot seluruh calon legislatif PKB di seluruh Indonesia.

Ini karena semua caleg yang didaftarkan mengikuti Pileg 2009 bukan dari PKB ABDURRAHMAN WAHID (Gus DUR), melainkan dari kubu MUHAIMIN ISKANDAR. Targetnya, tidak akan ada suara sekecil pun untuk PKB MUHAIMIN.

“Caleg yang ada tidak direstui Gus DUR. Karena itu Garda Bangsa sepakat tidak akan memilih PKB di Pileg 2009. Kalau perlu sampai 0 persen, targetnya (perolehan) suara harus turun. Karena PKB basisnya Gus DUR dan Garda Bangsa konsisten di belakang Gus DUR,” ujar CAMELIA.

AHMAD ARIZAL Ketua DKW Garda Bangsa Jawa Timur menambahkan hasil kesepakatan ini akan disosialisasikan ke seluruh wilayah, mulai DKC (Dewan Koordinasi Cabang), DKAC (Dewan Koordinasi Anak Cabang) sampai anak ranting.

Seruan boikot PKB ini sekaligus menindaklanjuti instruksi Gus DUR untuk golput beberapa waktu lalu. Selain Garda Bangsa, keluarga besar NU lainnya seperti PMII, Fatayat dan Pagar Nusa juga mendukung aksi penggembosan suara ini. (git/tin)

Garda Bangsa Larang Pilih PKB


Senin, 12 Januari 2009 | 14:47 WIB

SURABAYA, SENIN — Dewan Komando Nasional Garda Bangsa kembali menyerukan larangan kader PKB memilih partai itu. Pasalnya, PKB dianggap dipimpin oleh orang-orang yang tidak sah.

Ketua Dewan Komando Nasional Garda Bangsa Camelia Astuti mengatakan, kepengurusan PKB tidak disahkan oleh Abdurrahman Wahid alias Gus Dur sebagai Ketua Dewan Syuro DPP PKB. Padahal, AD/ART PKB mengharuskan kepengurusan disahkan ketua dewan syuro.

"Kepengurusan yang tidak sah ini juga mencalonkan orang dalam pemilu. Para caleg itu juga tidak sah," ujarnya di Surabaya, Senin (12/1).

Selain itu, Gus Dur sudah menegaskan, dirinya tidak akan memilih PKB dalam pemilu 2009. Para pengikutnya juga diajak untuk melakukan itu. "Dalam pemilu 2009, tidak ada Gus Dur di PKB. Jadi, jangan pilih PKB," ujar Camelia.

Sementara itu, Ketua Dewan Komando Wilayah Garda Bangsa Jatim Ahmad Arizal mengatakan, pihaknya akan merazia spanduk para caleg PKB. Spanduk yang mencantumkan gambar atau nama Gus Dur akan diturunkan. "Tidak ada caleg PKB disahkan oleh Gus Dur. Jadi mereka tidak boleh pakai Gus Dur untuk kampanye," tuturnya.

Jangan Sampai MUI Seperti Politisi DPR


Den Haag - Fatwa kontroversial golput bisa membuat MUI kehilangan kewibawaan dan kepercayaan umat. Mestinya MUI mengeluarkan fatwa yang obyeknya elit penguasa.

Hal itu disampaikan Dr Sofjan S. Siregar kepada detikcom dalam kontak telepon hari ini, Senin (26/1/2009), menanggapi keluarnya fatwa MUI tentang pemilu 2009.

Kalau rakyat tidak tergerak untuk memilih, itu karena contoh perilaku dan track record mereka yang pernah dipercaya dan dipilih.

Dikatakan bahwa selama 5 tahun hanya sekitar tiga bulan rakyat dihargai, dibujuk menjelang pemilu. Setelah itu selama 57 bulan berikutnya wakil rakyat ternyata berkhianat.

Mengapa MUI tidak mengeluarkan fatwa tentang kebobrokan DPR dan pemimpin negara? Mengapa MUI tidak pernah mengeluarkan fatwa haram hukumnya berkhianat kepada rakyat? Haram hukumnya DPR studi banding ke luar negeri, karena menghamburkan uang negara?

"Itu isrof dan mubazir. Haram," terang Sofjan.

Menurut Sofjan, mestinya MUI mengeluarkan fatwa yang obyeknya elit parpol Islam dan calegnya, serta calon pemimpin yang rakus kekuasaan.

"Setelah berkuasa mereka bukan hanya gagal mengemban amanah, bahkan berkhianat kepada rakyat dan negara. Kenapa rakyat yang dikorbankan jadi obyek fatwa?" kritik Sofjan.

Ditegaskan, bahwa alangkah baiknya jika MUI mengeluarkan fatwa umpamanya haram memilih parpol atau caleg parpol Islam yang terlibat KKN. Haram hukumnya mencalonkan diri jadi capres atau wacapres, jika sudah pernah memimpin dan gagal.

Haram jadi caleg yang terindikasi KKN. Haram hukumnya berkhianat kepada rakyat dan tanah air. Haram hukumnya pejabat makan gaji buta, khususnya DPR, yang sering mangkir kerja. Haram memakai mobil dinas yang tidak ada kaitannya dengan tugas negara, dll.

Wajib hukumnya bagi pemimpin atau pejabat yang KKN untuk mengembalikan uang KKN dan membayar denda kaffarah sumpahnya, misalnya memberi makan 10 orang fakir miskin dalam jangka sekian tahun, setiap kali dia melanggar sumpahnya. ( es / es )

Fatwa Golput Haram, Hukum atau Hawa Nafsu?


Eddi Santosa - detikPemilu
Den Haag - Dari mana dalil untuk mengharamkan golput itu? Tidak lain dari logika akal-akalan saja, yang bisa ditarik ke mana-mana.

Hal itu disampaikan Dr Sofjan S. Siregar kepada detikcom dalam kontak telepon hari ini, Senin (26/1/2009), menanggapi keluarnya fatwa MUI tentang pemilu 2009.

Menurut Sofjan, fatwa MUI itu mengingatkan pada kasus serupa yang pernah terjadi di Mesir. Salah seorang pejabat menteri terkait yang akan tampil di TV Mesir, beberapa menit sebelumnya bertanya kepada presidennya, apakah paduka Presiden ingin masalah ini saya halalkan atau haramkan?

"Artinya, jika mau dihalalkan sudah siap dalilnya dan jika akan diharamkan juga sudah punya alasannya," papar Sofjan.

Sofjan menggarisbawahi hasil Bahsul Masail PKB se-Jatim yang menyatakan, "Golput haram, sedangkan ikut pemilu hukumnya fardu kifayah" dan dalil Ketua Komisi A MUI tentang Fatwa Golput, "... wajib memilih calon amanah dan haram memilih yang tidak amanah."

Menurut Sofjan, dari segi Fiqh hal itu menarik untuk dicermati, karena MUI berulang-ulang selalu mengatakan wajib memilih pemimpin yang amanah (bisa dipercaya), sidiq (jujur), tabligh (menyampaikan), dan fatonah (cerdas).

Dikatakan bahwa empat sifat itu hanya sifat Nabi, yang dalam konteks pemilu ini tidak akan ditemukan di bumi Indonesia. Jika tidak ada, maka memilih dalam pemilu mestinya tidak wajib, karena tidak terpenuhi sifat yang ditentukan itu.

"Karena empat sifat itu memang hanya monopoli nabi yang dipilih oleh Tuhan, bukan oleh parpol Islam, tapi mengapa mereka berani berfatwa sedemikian ngawur?" gugat Sofjan.

Jadi, tandas Sofjan, siapa calon amanah yang dimaksud MUI dan siapa yang tidak amanah itu? Bisakah MUI menyebutkan nama satu orang yang amanah itu? Lagipula apa dan bagaimana persyaratan amanah versi MUI?

"Saya kira MUI terlalu gegabah sampai berani mengeluarkan fatwa haram golput," tandas Sofjan. ( es / es )

Fatwa Haram Golput Langgengkan Bobroknya Politik Indonesia

Ramadhian Fadillah - detikPemilu

Jakarta - MUI mengeluarkan fatwa golput haram selama masih ada calon yang layak dipilih. Namun dengan fatwa tersebut MUI dinilai melanggengkan bobroknya sistem politik di Indonesia.

"Kalau mereka dilarang untuk golput justru menjustifikasi sistem politik yang tidak baik. Fatwa harusnya menganjurkan kepada kebaikan," jelas pengamat politik Indobarometer M Qodari kepada detikcom, Senin (26/1/2009).

Qodari menjelaskan banyak masyarakat tidak memilih atau golput karena merasa aspirasinya tidak terwakili. Rendahnya angka keikutsertaan masyarakat dalam pemilu ini harusnya menjadi pelajaran bagi politisi untuk meningkatkan kinerjanya sehingga dipilih.

"Tapi kalau golput diharamkan maka parpol dan politisi tidak mendapat pelajaran karena angka keikutsertaan pemilih tetap tinggi," jelas Qodari.

Terlepas dari adanya unsur politis atau tidak dalam fatwa ini, Qodari melihat MUI kurang melihat realitas di lapangan. Menurutnya lagi dengan fatwa ini juga keuntungan belum tentu berpihak pada partai Islam saja.

"Golput terjadi tidak di partai Islam saja tapi juga di partai nasionalis. Saya kira merata," pungkasnya.

Justru Mengharamkan Golput Hukumnya Haram

Eddi Santosa - detikPemilu
Den Haag - Fatwa MUI mengharamkan golput adalah sebuah blunder ijtihad dalam sejarah perfatwaan MUI. Justru mengharamkan golput itu hukumnya haram. Mereka harus bertobat.

Hal itu disampaikan Dr Sofjan Sururi Siregar kepada detikcom dalam kontak telepon hari ini, Senin (26/1/2009), menanggapi keluarnya fatwa MUI tentang pemilu 2009.

"Sampai detik ini saya gagal menemukan referensi dan rujukan serta dasar istinbath para ulama yang membahas masalah itu," ujar Sofjan, doktor syari'ah lulusan Khartoum University, direktur ICCN, Ketua ICMI Orwil Eropa dan dosen Universitas Islam Eropa di Rotterdam.

Apalagi, tambah Sofjan, hukum positif negara yang menjadi rule of game pemilu 2009 jelas-jelas mengatur bahwa memilih itu hak, bukan kewajiban. Bagaimana MUI sampai menyimpulkan bahwa tidak memilih hukumnya haram?

"Oleh sebab itu saya serukan kepada pematwa dan peserta rapat MUI yang terlibat dalam manipulasi politik fatwa golput untuk bertaubat dan minta maaf kepada umat Islam Indonesia, karena terlanjur membodohi umat," tandas Sofjan.

Dikatakan bahwa jika para kiai dan pakar MUI punya dalil syar'i tentang itu, maka cukup menarik untuk didiskusikan secara terbuka.

"Agar cara dan gaya pembodohan rakyat tidak berkelanjutan di tanah air tercinta," demikian Sofjan.
( es / es )

MUI Palembang Tolak Fatwa Haram Golput

Taufik Wijaya - detikPemilu

Palembang - Majelis Ulama Indonesia (MUI) Palembang, ternyata memiliki sikap berbeda dengan 170 orang ulama yang tergabung di Komisi A Ijtima MUI Pusat saat menggelar pertemuan di Padang, Sumatera Barat. MUI Palembang tidak setuju jika golput dihubungkan dengan persoalan haram atau halal.

"Hak rakyat untuk menggunakan haknya atau tidak. Jadi tidak ada kaitannya dengan halal-haram," kata Ketua MUI Palembang, Saim Marhadan, kepada pers saat melakukan talkshow dengan sebuah radio swasta di Palembang, Selasa (27/01/2009).

Bagi Saim, golput itu timbul akibat kekecewaan rakyat terhadap perilaku politikus. Saim pun memberikan perumpamaan, ketika seorang gadis disuruh memilih satu di antara empat calon suaminya.

"Karena diharuskan memilih dan wajib maka ia terpaksa memilih. Padahal, si wanita ini tahu kalau keempat calon suami ini tidak memiliki akhlak yang baik. Justru posisi ini yang tidak baik bagi si pemilih," katanya.

Menurut Saim, rakyat kecewa dengan penampilan wakilnya kebanyakan mengecewakan dan terbukti korup, tidak aspiratif dan berpihak kepada kepentingan partai. Dengan fakta ini, maka sangat wajar jika masyarakat lebih memilih untuk pesimistis, dan memilih untuk golput.

"Kalau anggota DPR yang dipilih memperhatikan aspirasi rakyat dan berjuang atas nama rakyat, jelas akan dipilih kembali. Jika sebaliknya, rakyat akan apatis dan Golput. Lantas, apakah ini dipersalahkan dan diharamkan," kata Saim. ( tw / mok )

Poster Gus Dur Diturunkan, Satpol PP Diluruk

MALANG | SURYA-Forum Pendukung Gus Dur Malang Raya mengancam bakal ngeluruk kantor Satpol PP Pemkab Malang. Mereka tidak terima gambar Abdurrahman Wahid (Gus Dur), yang ada di depan posko Gerakan Kebangkitan Rakyat (Gatara), Jl Raya Panglima Sudirman, Kecamatan Singosari, diturunkan oleh Satpol PP Pemkab Malang, Selasa (27/1) siang.

Penurunan gambar Gus Dur itu dinilai diskriminatif dan ditengarai bermuatan politis. Ini karena tak semua bendera parpol diturunkan. “Kalau nggak ada penjelasan logis dari Satpol PP, kami pendukung Gus Dur yang ada di Malang Raya nggak terima. Kami bakal ngluruk pemkab. Silakan gambar Gus Dur diturunkan bersama bendera partai lainnya,” kata Abdul Qodir Hamid SH, koordinator Forum Pendukung Gus Dur Malang Raya kepada Surya, Selasa (27/1).

Tak hanya massa pendukung Gus Dur yang marah, Suhadi SE, Ketua DPRD Kabupaten Malang juga menyesalkan tindakan Satpol PP tersebut. Dia menilai tindakan Satpol PP tidak mendidik masyarakat. “Jangan pilih kasih. Ada atribut parpol yang diturunkan, ada yang dibiarkan berdiri. Ini kinerja macam apa,” tegas Suhadi. Ia berencana mengadukan kasus itu ke Bupati Sujud Pribadi. Suhadi meminta Sujud tegas pada anak buahnya, yang bekerja tak becus tersebut.

Rendra Kresna BcKU SH MM, Ketua DPD Partai Golkar Kabupaten Malang, juga menyesalkan kejadian tersebut. Rendra yang juga Wakil Bupati Malang itu menilai kinerja Satpol PP yang asal menurunkan atribut parpol itu dianggap arogan. “Asal nggak mengganggu lalu lintas, ya nggak apa-apa, meski ada presiden melintas. Gambar itu kan juga menyosialisasikan pemilu kepada rakyat,” terang Rendra, Selasa (27/1).st12/vie

Sabtu, 14 Maret 2009

Latihan Futsal Gatara Sawunggaling (Bonek Gatara)


Alhamdulillah...menindaklanjuti keinginan beberapa rekan Gatara Sawunggaling yang hobby olah raga futsal maka kita telah berhasil mewujudkan kegiatan rutin berupa latihan futsal. Kegiatan ini terbuka bagi siapa saja bahkan rekan-rekan dari Gatara dimanapun berada boleh mengikuti kegiatan ini dengan cara mendaftar terlebih dahulu kepada pengurus dan membayar sesuai ketentuan.
Oleh karena itu pengurus Gatara Sawunggaling pada saat mendaftar atau menamakan kegiatan latihan futsal rutin ini kita beri nama LATIHAN FUTSAL BONEK GATARA. Hal ini supaya kita bisa merekrut rekan-rekan GATARA dari wilayah manapun. Mau ikutan? ..........ayo buruan!

Rabu, 11 Maret 2009

Wisata Religi Ala Gatara Sawunggaling


Dalam rangka memeriahkan peringatan hari besar islam Maulid Nabi Muhammad SAW. Kita segenap kader-kader Gatara Sawunggaling mengadakan wisata religi ke makam Sunan Muria di Kudus Jawa Tengah. Acara tersebut diikuti 11 orang. Kita menyewa mobil Bison-Elf yang kita sewa untuk satu hari. Kegiatan ini dibimbing oleh Ust. Abdul Wahid, S.Pd (biasa dipanggil Gus Wahid).Berangkat dari Surabaya hari Minggu tanggal 8 Maret 2009 pukul 09.00 wib dan sampai di lokasi jam 15.00 wib.
Setelah sholat maghrib di masjid dekat lokasi parkir kendaraan kita mulai naik menuju lokasi Makam Sunan Muria. Sampai di Lokasi Makam Sunan Muria sekitar pukul 19.00 wib pas saat sholat isya' di masjid Makam Sunan Muria.
Sebelum ke makam kita mandi sambil mensucikan diri di kamar mandi- kamar mandi yang sudah tersedia dikompleks makam. Setelah mandi dan sholat isya kita menuju ke Makam Sunan Muria untuk pembacaan surat yasin dan tahlil.
Setelah dirasa cukup untuk kegiatan pembacaan yasin dan tahlil kita sepakat turun dan langsung pulang menuju Surabaya. Kita pulang menuju surabaya sekitar pukul 22.00 wib. Dan alhamdulillah kita sampai di Surabaya kembali dengan selamat pada hari Senin tanggal 9 Maret 2009 sekitar pukul 03.00 dini hari.

Tim Futsal Gatara Sawunggaling


Tim Futsal Gatara Sawunggaling berfoto bersama Ketua DPC PKB Pro Gus Dur Kota Surabaya Bapak H. Ali Burhan

Jumat, 06 Maret 2009

Gus Dur: Jangan Pilih PKB Saat Pemilu


Jakarta - Konflik internal Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) kembali meruncing. Kali ini KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur melarang seluruh pengikut dan rakyat Indonesia untuk memilih PKB.

Hal ini dikatakan Ketua Dewan Syuro PKB ini saat memberikan sambutan di hadapan ribuan anggota Gerakan Kebangkitan Rakyat (Gatara) Indonesia di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat (Jabar), Minggu (01/03/2009).

Gusdur mengaku sejak diketuai Muhaimin Iskandar, PKB sudah kehilangan arah dan tujuan politiknya yang cenderung tidak pro rakyat. Sehingga mantan presiden RI ini mendeklarasikan Gerakan tersebut untuk bertujuan menyejehtarakan rakyat.

"Sudah banyak kebusukan yang terjadi di internal partai. Gerakan ini bertujuan untuk kembali dengan rakyat, sehingga jangan pilih PKB saat pemilu nanti," ujar Ketua Dewan Syuro PKB ini.

Hal senada juga dikatakan Yenny Wahid. Ia menghimbau kepada seluruh kader PKB untuk kembali mendukung Gus Dur yang selama ini telah didzolimi oleh musuh-musuh politiknya. Terlebih, Yenny juga sempat menyentil kebijakan pemerintahan SBY-JK yang dinilai tidak mampu mengemban amanat konstitusi.

"Dalam deklarasi ini, kita kembali mendukung Gur Dur agar tetap dekat dengan rakyat indonesia. Kebijakan pemerintahan saat ini cenderung tidak merakyat terutama bagi rakyat kecil," terang putri Gus Dur ini.

Awal Desember 2008 lalu, Gus Dur mendeklarasikan Gatara. Organisasi ini diharapkan mampu menjadi tolak ukur pembelajaran proses demokrasi politik dan penegakan hukum di Indonesia.

H Mansur-Whisnu ”Perang” Opini

oal Koalisi PDIP dan PKB Gus Dur
Meski Partai Kebangsaan Bangsa (PKB) Pro Gus Dur berkoalisi dengan PDIP Surabaya, sejumlah calon legislatif (caleg) PKB Pro Muhaimin tak gentar.

Termasuk saat menghadapi caleg dari PDIP. Setidaknya, ini terlihat dari ”pertarungan” H Mansur dari PKB Muhaimin dan Whisnu Sakti Buana dari PDIP kota Surabaya.

Menurut H.Mansur koalisi itu idealnya terbangun pasca pemilu legislatif, dengan tujuan mengantarkan seseorang untuk menjadi Presiden. “Makanya kami menganggap tidak pernah ada koalisi,” ujar wakil Ketua Komisi C DPRD Surabaya ini,kemarin.

Caleg PKB dapil IV (Sawahan, Dukuh Pakis, Jambangan, Gayungan, Wonocolo, Wonokromo ) ini menggambarkan, koalisi itu dilakukan antara partai yang satu dengan yang lain. Bukan dilakukan antara partai dengan sesuatu yang belum jelas. “Koalisi kok dengan orang-orang yang tidak jelas,” sindirnya.

Ia juga menganggap koalisi tersebut merupakan dagelan politik, karena merupakan mainan orang-orang yang tidak jelas.

Menanggapi hal tersebut, Sekretaris DPC PDIP Kota Surabaya Whisnu Sakti Buana membantah koalisi yang terjadi antara PDIP Surabaya dan PKB Gus Dur dikatakan tidak jelas. “Tidak jelas bagaimana wong yang datang Sekjen DPP PKB dengan Sekjen DPP PDIP kok,” cetus pria yang satu dapil dengan Mansur ini.

Masih menurutnya, koalisi itu hanya dilakukan di tingkat lokal Surabaya, bukan dilakukan di tingkat nasional. Di daerah yang lain silahkan jika PKB Gus Dur mengalihkan dukungannya ke partai lain. Namun untuk Surabaya struktur PKB Gus Dur sudah berkomitmen dengan PDIP.

Masih kata Whisnu, dengan koalisi tersebut partainya optimis bisa memenangkan pemilu legislatif di kota Surabaya, karena kharisma dan pengaruh Gus Dur yang masih kuat di kalangan konstituen PKB, di samping makin solidnya mesin politik PDIP. “Makanya Dapil IV kami menargetkan perolehan 5 kursi DPRD,” tambahnya.

Namun, tambah Whisnu, dirinya juga tidak mau terlalu jumawa dalam melihat efektifitas koalisi tersebut, karena hasilnya baru akan kelihatan setelah pemilu dilaksanakan “ kami sangat optimis koalisi tersebut berjalan dengan maksimal,” papar Wishnu.

Whisnu menambahkan, wajar jika mendekati pemilu konstalasi politik semakin meningkat, namun dibutuhkan sikap yang egaliter dalam memandang suatu perbedaan.

Pria tambun ini juga menegaskan bahwa dirinya menghargai apa yang dilakukan oleh PKB Muhaimin yang pada waktu itu membuat langkah tandingan, hal itu sangat wajar karena semua partai ingin menang, tapi untuk dapil IV Surabaya kemungkinan besar akan menjadi milik PDIP. Sebab daerah ini merupakan basis konstituen PDIP sejak dulu “Masyarakat lebih familiar dengan kami dibandingkan dengan yang lain, ditambah dengan dukungan Gus Dur ya kami tambah optimis,” tukasnya.

Dukungan PKB Pro Gus Dur ke PDIP di Dapil IV kian solid

Surabaya-Pertarungan partai memperebutkan perolehan kursi dewan perwakilan rakyat kota Surabaya akan memuncak di Dapil IV ( Sawahan, Dukuh Pakis, Jambangan, Wonokromo, Wonocolo).

Hal ini dikarenakan wilayah yang cukup luas dan karakteristik pemilih yang dinamis.Oleh sebab itu partai banyak yang menurunkan kandidat utamanya di dapil tersebut, sebut saja Whisnu Sakti Buana Sekretaris DPC PDIP kota Surabaya, Wisnu Wardana ketua DPC Demokrat Surabaya, H.Mansur dari PKB dan lainnya
Rasa optimis datang dari kubu PDIP. Menurut Whisnu Sakti Buana caleg dari dapil tersebut, bahwa partainya menargetkan perolehan 5 kursi di dapil yang menurut banyak pihak sebagai dapil gaza.Target tersebut sangat realistis karena wilayah dapil IV merupakan basis konstituen PDIP sejak dulu. “Lihat saja perolehan suara calon PDIP dalam Pilgub kemarin presentasinya tertinggi diwilayah tersebut,” ujar anak Pak Tjip mantan Sekjend PDIP ini.Apalagi katanya, berkat konsolidasi rutin yang dilakukan jajaran pengurus PDIP Surabaya sekarang internal partai mulai kondusif sehingga mesin partai berjalan sangat maksimal.

Masih menurut Whisnu, masyarakat di dapil IV juga lebih mengenal PDIP dibandingkan dengan keberadaan partai lain. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya elemen masyarakat yang mengundang caleg kita untuk datang dalam acara yang digelar sendiri oleh mereka “partai lain khan mengundang, tapi kalau kita justru malah yang diundang masyarakat,” tambahnya

Ia menjelaskan, konstituen PDIP adalah pemilih yang sangat loyal dengan partai sehingga sulit untuk dimasuki oleh janji kosong dari kontestan lain. “Kemarin ada caleg lain masuk ke basis kami karena kesamaan nama dengan saya, namun begitu saya turun ke masyarakat akhirnya mereka mengerti,” paparnya

Masih menurutnya,dukungan dari massa Gus Dur di tingkatan akar rumput juga terlihat semakin hari semakin besar. “Kita coba meraih suara dari ketidakharmonisan ditubuh PKB,” imbuhnya.

Koalisi Perjuangan Bangsa yang digagas DPC PKB Pro Gus Dur Kota Surabaya dengan DPC PDIP Kota Surabaya semakin menunjukkan keberadaan sebuah koalisi yang solid untuk kemenangan PDIP di Pileg 2009. Hal ini terbukti adanya beberapa kegiatan yang dilakukan dengan banyak melibatkan kader dan konstituen dari kedua belah pihak baik dari PKB Pro Gus Dur maupun PDIP.

Diantaranya kegiatan yang dilaksanakan oleh Caleg PDIP Bp. Armuji dan Bp. Hengky yang didukung oleh kader, simpatisan maupun konstituen dari PKB Gus Dur maupun PDIP dilapangan Futsal Ole-ole yaitu Turnamen Futsal Koalisi Perjuangan Bangsa.

Memilih untuk Tidak Memilih PKB





Pengurus PKB pro Gus Dur melakukan konsolidasi di Surakarta, Kamis (5/3). Massa PKB Gus Dur ini menyatakan tidak akan memilih caleg yang dipasang oleh PKB Muhaimin.Sebagian besar peserta mengenakan kaos bergambar Gus Dur di bagian depan. Sedangkan di bagian belakang terdapat logo PKB yang diberi tanda silang dengan tulisan 'Kami Punya Hak Pilih tapi Bukan untuk PKB'. Spanduk bertuliskan 'Kami Punya Hak Pilih tapi Bukan untuk PKB' dibentangkan pada acara konsolidasi pengurus PKB Gus Dur se-Surakarta.Pengurus PKB Gus Dur Kota Surakarta KH Mahsun Musyafa menyatakan, konstituen PKB Solo tidak akan memilih caleg PKB dalam Pemilu.Dalam konsolidasi ini para pendukung PKB Gus Dur menyatakan untuk tidak memilih caleg-caleg yang dipasang oleh PKB Muhaimin.