Sabtu, 21 Maret 2009

Digembosi Gus Dur, Nyali Imin Ciut



R Ferdian Andi R
INILAH.COM, Jakarta – Berbulan-bulan jadi musuh politik, Muhaimin Iskandar tiba-tiba melansir nama Gus Dur sebagai kandidat calon presiden yang akan diusung PKB. Sayangnya, sebagian analis politik menilai, langkah 'konsolidasi' ini membuktikan Cak Imin takut digembosi Gus Dur.

Secara legal formal, konflik PKB sudah berakhir di pengadilan. Namun implikasi politisnya tampak masih menyemburkan aura yang tidak kecil. Prediksi hasil survei lembaga survei yang menempatkan PKB melorot di urutan ke bawah tampaknya menyiutkan nyali para petinggi PKB, termasuk Imin. Apalagi, Gus Dur, jauh-jauh hari menyerukan untuk tidak memilih alias golput dalam Pemilu 2009.

Kini, tak ada angin, tak ada petir, apalagi hujan, Ketua Umum DPP PKB itu menyebutkan nama Gus Dur sebagai salah satu nominator capres versi PKB. “Memang ada sejumlah nama yang muncul sebagai alternatif capres dari PKB, termasuk tokoh pendiri PKB, KH Abdurrahman Wahid,” kata Imin kepada INILAH.COM di Jakarta, Selasa (23/12).

Inikah sinyal ciutnya nyali Muhaimin? Ataukah ini sinyal positif bagi rekonsiliasi PKB? Pemerhati politik Fachry Ali menilai, pernyataan pencalonan Gus Dur memiliki dua makna sekaligus. Menurut dia, Muhaimin tampak ciut nyali atas gerakan Gus Dur dalam proses penggembosan PKB dengan pernyataan seruan golput kepada massanya.

“Yang jelas, Muhaimin tampak ciut nyalinya. Karena itu, dia memasukkan Kyai Abdurrahman Wahid agar menarik pendukungnya kembali,” cetusnya.

Selain itu, Fachry menilai makna pernyataan Muhaimin juga berdampak pada ajakan rekonsiliasi PKB versi Muhaimin dengan PKB versi KH Abdurrahman Wahid. “Itu juga menjadi sinyal rekonsiliasi di tubuh PKB,” kata alumnus IAIN Syarif Hidayatullah tersebut.

Kekhawatiran Muhaimin atas masa depan PKB memang tampak beralasan. Dalam survei LSI pada November lalu, misalnya, PKB hanya akan memperoleh dukungan 4,6% suara jika pemilu dilaksanakan saat survei berlangsung. Padahal, jika merujuk hasil pemilu 2004 lalu, PKB menjadi tiga partai politik terbesar dengan memperoleh 10,57%.

Kondisi demikian semakin diperparah dengan eksistensi Gerakan Kebangkitan Rakyat (Getara) yang baru dideklrasikan awal Desember lalu yang diyakini sebagai alat penggembos kekuatan PKB kubu Muhaimin. Maka tak aneh, jika intensitas kehadiran Yenni Wahid ke Jawa Timur cukup sering. Konon, kehadiran Yenni di basis PKB tersebut tak lain untuk menggembosi suara PKB versi Muhaimin.

Secara terpisah, anggota Dewan Syura DPP PKB Anisa Mahfudz menilai, pernyataan Muhaimin dengan menyebutkan Gus Dur sebagai capres dari PKB tak lain adalah bentuk kepanikan Muhaimin dalam menghadapi Pemilu 2009. “Imin ciut nyali dan berusaha menggaet pendukung Gus Dur,” katanya.

Perempuan asal Malang, Jawa Timur ini menyebutkan, selama ini Muhaimin selalu mengklaim bahwa dirinya telah melakukan koordinasi dengan Gus Dur. “Imin kemana-mana menjual nama Gus Dur. Bahwa dirinya telah berkoordinasi dengan Gus Dur dan lain-lain,” tegasnya.

Kondisi demikian, Annisa menilai, membawa Muhaimin mulai membuka mata bahwa dirinya hanya membawa gerbong kosong saja. “Tapi tidak ada penumpangnya,” tegasnya bertamsil.

Lebih dari itu, Anisa menyebutkan, situasi seperti saat ini semakin menegaskan, bahwa penumpang PKB sejatinya lebih memilih Gus Dur karena jelas trayek dan tujuannya. “Gus Dur jelas-jelas jujur pada umatnya,” ujarnya. [I4]