Jumat, 16 Januari 2009

Yenni Wahid: PKB Dizalimi Seperti PDIP Dulu


Irawulan - detikPemilu

Surabaya - PDIP dan PKB Gus Dur membuat komitmen bersama menjelang Pemilu 2009. Koalisi PKB kubu Gus Dur dengan PDIP ini terjadi karena adanya kesamaan sejarah. PKB Gus Dur merasa dizalimi seperti PDIP dizalimi pada era Orde Baru.

Menurut Sekjen DPP PKB kubu Gus Dur Yenni Wahid, apa yang dialami PKB saat ini sama dengan PDIP yang dulu dizalimi dan dikuyo-kuyo. Namun, menurut dia, sejarah akan membuktikan bahwa orang yang disia-siakan akan bisa menjadi orang yang besar. PDIP bisa membuktikan hal tersebut.

"Landasan historis sama dengan PKB. Sama-sama mengalami masa yang sulit. Dizalimi oleh pemerintah yang tidak menginginkan kita besar," kata Yenni dalam sambutannya di sela-sela deklarasi PDIP Surabaya dan PKB Pro Gus Dur di RM Taman Sari, Surabaya, Rabu (14/1/2009).

Dia berharap PKB bisa mencontoh semua yang dialami PDIP pada waktu dulu. Warga PKB harus tetap loyal dan setia pada Gus Dur. "Sejarah tidak perlu menunggu sejauh itu. Kita akan membuktikannya," tutur dia.

Dengan nada berkelakar, putri kandung Gus Dur ini mengatakan bahwa koalisi yang dibangun PDIP dan PKB tersebut tidak 'gratis'. Menurut dia, ada komitmen yang harus mereka lakukan dan karena tidak gratis maka semua kader dan simpatisan PKB bekerja sama membangun negara ini untuk lebih baik lagi.

"Politik itu adalah alat seperti pisau, bisa untuk memasak dan bisa untuk mengupas buah dan juga bisa dijadikan alat untuk kejahatan," ujar dia.

Ke depan, kata dia, koalisi tidak hanya berhenti di Surabaya, tapi juga di wilayah lainnya. Sebab saat ini, PKB ibarat seperti gadis cantik yang menjadi rebutan semua orang. Memang sebelumnya di Tasikmalaya dan Ciamis sudah berkoalisi seperti halnya di Kota Pahlawan.

"Koalisi ini sudah disetujui oleh Gus Dur. Jadi tidak boleh ada yang mengira koalisi ini kemauan dari Pak Ali (Ketua DPC PKB Surabaya kubu Gus Dur, Red)," tandas dia.

Dalam sambutannya, perempuan berkerudung ini juga tidak lupa menyentil konflik internal yang melanda PKB saat ini. PKB, kata Yenni, dibangun oleh Gus Dur dari bawah, dari mulai memasang bata, kemudian atap dan memasang lantai. Setelah jadi rumah yang kokoh, Gus Dur kemudian memberikan itu semua pada keponakannya. Keponakannya itu kemudian diberi tempat yang enak, kasur yang empuk, karpet yang tebal.

Tapi sayangnya, kata dia, keponakannya tersebut kemudian membuang pamannya sendiri dengan tidak hormat dari 'rumah' yang dibangunnya. "Dan pak lurahnya malah bekerja sama dengan keponakannya membuat sertifikat tanah," ungkap dia memberikan permisalan.