Sabtu, 07 Februari 2009

FBR Berang, Demokrat Maklumi Gus Dur

Jakarta (GP-Ansor): Kubu Demokrat tidak merasa heran jika Abdurrahman Wahid alias Gus Dur gemar mengeluarkan pernyataan responsif yang terkadang tidak logis . Sementara Pimpina FBR merasa gerah dengan pernyataan itu.
Sekretaris Fraksi Demokrat, Sutan Bhatoegana siang ini (Selasa, 5/2) berpendapat, menyikapi pernyataan Gus Dur yang menantang Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk membubarkan Front Pembela Islam (FPI) dan Forum Betawi Rempug (FBR).
“Ya kita tahu kan siapa Gus Dur. Beliau kan memang seperti itu suka mengeluarkan pernyataan responsif yang terkadang tidak logis,” kata Sutan.
Terkait dengan pernyataan Gus Dur yang menyebut SBY tidak punya nyali membubarkan ormas FPI dan FBR tersebut, ia enteng menjawab, bahwa untuk membubarkan organisasi harus ada dasarnya. Tidak asal dibubarkan begitu saja.
“Tidak bisa seenaknya saja dibubarkan, sekalipun oleh presiden,” katanya. Apalagi menurut Sutan, UUD 1945 saja memberikan kebebasan bagi seseorang untuk berorganisasi.
Lagi pula, katanya Indonesia sebagai negara hukum, membubarkan sebuah organisasi ada mekanismenya. Oleh karena itu, jelas Wakil Ketua Komisi VII DPR ini, jika Gus Dur memiliki bukti-bukti aksi kekerasan yang dilakukan dua ormas tersebut, seharusnya melaporkan ke aparat yang berwajib untuk menindaklanjutinya.
“Sebab pengadilan yang berwenang membubarkan ormas, bukan presiden,” katanya.
Sementara, Ketua Umum Forum Betawi Rempug (FBR) Fadholi El Muhir menilai pernyataan bekas Presiden Abdurrahman Wahid alias Gus Dur yang meminta Presiden SBY untuk membubarkan Forum Betawi Rempug (FBR) dan Front Pembela Islam (FBI), cuma cari sensasi belaka.
“Gus Dur sudah tiga kali stroke, udah nggak normal. Ngapain didengar. Tidak ada dasar dan tidak ada bukti,” kata Fadholi, Selasa (5/2), dengan nada berang.
Menurut Fadholi, Gus Dur, tidak hanya memecah belah umat di kalangan FBR dan FPI tetapi juga di kalangan Nahdlatul Ulama (NU). “Di kalangan nahliyin sendiri Gus Dur adalah pemecah umat,” ujar Fadholi.
Dikatakan Fadholi, Gus Dur sudah tidak populer lagi. Karena itu semua ucapan dan tindakannya tidak perlu dihiraukan lagi. Fadholi juga tidak melihat ucapan Gus Dur itu untuk kepentingan Pemilu 2009.
“Untuk apa didengerin, Gus Dur sudah tidak populer lagi. Ngapain mikiran pemilu,” kata Fadholi yang sempat mencalonkan diri untuk menjadi Ketua Bamus Betawi namun mengundurkan diri.
Seperti diberikan sebelumnya, (Senin, 4/2), Gus Dur di Kantor DPP PKB menantang SBY dan kandidat capres yang akan maju dalam Pilpers 2009 untuk berani membubarkan FBR dan FPI. Bahkan Ketua Dewan Syuro PKB ini dengan nada tinggi menyatakan hanya dirinyalah yang mampu membubarkan dua organisasi massa itu.
“FPI dan FBR harus segara dibubarkan. Karena sudah nggak bener lagi,” kata Gus Dur di acara jumpa pers di Lembaga Pemenangan Pemilu DPP PKB, Kalibata, Jakarta, Senin (4/2).
Calon presiden dari PKB itu mengaku tidak habis pikir mengapa pemerintahan SBY-JK takut untuk membubarkan dua organisasi tersebut. “Kenapa SBY takut?” ujarnya
Menurut mantan Ketua Umum PBNU ini, orang yang paling bertanggung jawab terhadap berdirinya FPI di antaranya bekas Pangdam Jaya Djaja Suparman, bekas Menhankam dan Panglima ABRI Wiranto dan bekas Kapolda Metro Jaya Nugroho Djajusman.
“Pada waktu itu Sutanto (Kapolri) adalah Wakapolda dan yang melaksanakannya adalah Kivlan Zein (bekas Kepala Staf Kostrad),” kata Gus Dur.
Sedangkan FBR didirikan oleh tokoh Betawi Edi Nalapraya. Tujuan ormas ini berdiri, menurut bekas presiden kedua RI itu, untuk kepentingan intelijen LB Moerdani. “Ini harus segera disudahi,” ujarnya.
Oleh karena itu, Gus Dur minta dengan tegas agar aparat hukum segera membubarkan dua ormas itu. Kata dia, jika masih dibiarkan tumbuh dengan bebas maka masyarakat akan menjadi bulan-bulanan pihak FPI dan FBR. “Pembubaran dua ormas itu untuk menegakkan supremasi hukum dan keadilan” ujarnya.